Inilah Tentara Bule Pertama Jadi Anggota Kopassus, Latih Pasukan TNI Perang Segala Medan
Setelah tinggal beberapa waktu, dia menyukai kehidupan di Asia dan sempat meminta istri dan anak-anaknya untuk pindah. Namun, karena sang istri menolak keinginannya, dia memutuskan bercerai. Idjon Djanbi pun memutuskan tinggal sebagai warga sipil dan menikah dengan perempuan berdarah Sunda. Saat itulah Rokus Bernardus Visser menjadi mualaf serta mengubah namanya menjadi Mochammad Idjon Djanbi.
Pada 1951, Kolonel Infanteri Alexander Evert Kawilarang berniat untuk mengagas kembali ide Slamet Riyadi untuk membentuk sebuah pasukan khusus. Dia menugaskan Aloysius Sugiyanto untuk mencari orang yang sekiranya mampu melatih pasukan khusus tersebut.
Saat itu belum ada perwira pribumi yang menguasai teknik pertempuran komando yang mumpuni. Pilihannya pun jatuh kepada mantan tentara KNIL yang tersebar di berbagai tempat. Dari sanalah dia bertolak ke Bandung dan bertemu Idjon Djanbi, ketika itu menjadi seorang petani bunga di Lembang.
Tidak mudah membujuk Idjon Djanbi untuk kembali berhubungan dengan dunia militer. Dia mengaku tidak ingin lagi menjadi tentara. Setelah 2 hari, Sugiyanto akhirnya berhasil membujuk Idjon Djanbi melatih peserta kursus intelijen militer. Dialah yang mengenalkan materi parakomando hingga perang berbagai medan seperti gunung dan hutan kepada prajurit TNI. Idjon Djanbi juga melatih mental dan fisik para anggota TNI AD agar menjadi prajurit tangguh dan berwawasan luas.
Tidak hanya melatih, Idjon Djanbi kembali aktif di dunia militer dengan bergabung bersama TNI dengan pangkat mayor. Pada 16 April 1952, pasukan istimewa yang diberi nama Kesatuan Komando Tentara Teritorium III/Siliwangi (Kesko TT III/Siliwangi), cikal-bakal Kopassus. Idjon Djanbi ditunjuk sebagai komandannya. Dia menjabat sebagai komandan sampai 1956.
Editor: Anton Suhartono