Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bahlil Sebut Soeharto Layak Dapat Gelar Pahlawan, Singgung Jasa Program Transmigrasi
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Harmoko Tertawa Dengar Sindiran Hari-Hari Omong Kosong

Senin, 05 Juli 2021 - 11:26:00 WIB
Kisah Harmoko Tertawa Dengar Sindiran Hari-Hari Omong Kosong
Menteri Penerangan periode 1983-1997 Harmoko. (Foto: dok. Sindonews).
Advertisement . Scroll to see content

“Mulai hari ini saya akan ganti menjadi ‘hari-hari omong komunikatif’, ‘hari-hari omong kooperatif’ dan ‘hari-hari omong konkret’,” ucapnya, yang langsung disambut tawa para peserta deklarasi.

Lahir di Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939, Harmoko menjadi wartawan usai lulus dari bangku SMA. Dia meniti karier Harian Merdeka dan Majalah Merdeka. Pada 1964 bekerja di Harian Angkatan Bersenjata, lantas berlanjut ke Harian API setahun berikutnya. 

Anak bungsu Harmoko bernama Dimas Ajisoko  menjelaskan penyakit yang diderita sang ayah. (Foto MNC Portal).
Karangan bunga di rumah duka Harmoko, Senin (5/7/2021). (Foto: MPI/Dimas Choirul).

Harmoko sekaligus menjadi pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko (1965) dan Mimbar Kita pada 1966-1968). Pada 1970 dia mendirikan Pos Kota bersama rekan-rekannya.

Harmoko lekat dengan Presiden ke-2 RI Soeharto. Pada 19 Maret 1983 dia diangkat sebagai menteri penerangan. Kabinet boleh berganti, namun jabatan itu tetap dipercayakan kepadanya hingga 1997.

Pria yang identik dengan kolom ‘Kopi Pagi’ itu mengembuskan napas terakhir dalam usia 82 tahun.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut