Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Partai Perindo Berharap MK Akhiri Sengketa Hasil Pilkada, Rony Omba-Marlinus Siap Pimpin Boven Digoel
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Kamp Tahanan Politik Boven Digoel, Paling Menyeramkan di Hindia Belanda

Minggu, 11 September 2022 - 09:26:00 WIB
Kisah Kamp Tahanan Politik Boven Digoel, Paling Menyeramkan di Hindia Belanda
Nama Boven Digoel sangat terkenal dalam berbagai literatur sejarah dan tulisan populer dengan kamp konsentrasi yang menjadi lokasi pembuangan atau pengasingan tahanan politik di masa Hindia Belanda. (Foto: Arsip Nasional)
Advertisement . Scroll to see content

Rumah-rumah yang lebih permanen dibangun dengan atap dari seng, dinding dari kayu nibung dan berlantai tanah. Permukiman geinterneerden diberi batas, di titik-titik tertentu yang berbatasan dengan hutan terdapat pos penjagaan.

Boven Digoel bukan penjara biasa. Tempat ini lebih mirip penjara alam. Tidak perlu menggunakan kekerasan, para tahanan akan tersiksa dengan sendirinya. Hidup terasing, terisolasi dari dunia luar. Hanya berteman rimba belantara. Mereka yang mencoba melarikan diri sudah pasti gagal.

Mereka hanya akan bertemu binatang buas seperti buaya dan harimau. Kalau tidak mampu bertahan, para tahanan akan mati karena gigitan nyamuk malaria. Oleh sebab itu, Boven Digoel disebut kamp tahanan paling menyeramkan yang dimiliki Hindia Belanda.

Puluhan tokoh pejuang kemerdekaan pernah mencicipi kamp konsentrasi ini, bahkan meninggal di Boven Digoel. Menurut buku sejarah terbitan Balai Pustaka tempat ini digunakan sebagai lokasi pembuangan sekitar 1.300 orang. Tidak hanya tokoh PKI, Belanda juga mengasingan tokoh perlawanan berbasis Islam di tempat ini.

Beberapa tokoh pernah merasakan pengsingan di Boven Digel di antaranya Sayuti Melik (1927-1938) dan Mohammad Hatta (1935-1936). Sebagai penanda Hatta pernah datang, dibangun sebuah monumen di Boven Digoel. 

Selain itu ada Sutan Sjahrir dan Muchtar Lutffi, Ilyas Yacub (tokoh PERMI dan PSII Minangkabau) serta Mas Marco Kartodikromo yang wafat dan dimakamkan di Digoel pada 1935. Dua orang terakhir yang dikirim ke Boven Digoel adalah Semaun dan Darsono, penggerak pemogokan buruh pada 1923.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut