Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : MNC Peduli dan MNC University Latih Anggota PMR Jadi Generasi Cerdas Digital
Advertisement . Scroll to see content

Melawan Misinformasi dan Disinformasi Sejak Dini, Peran Orang Tua hingga Pemerintah Lindungi Anak

Senin, 10 November 2025 - 12:45:00 WIB
Melawan Misinformasi dan Disinformasi Sejak Dini, Peran Orang Tua hingga Pemerintah Lindungi Anak
Momen anak bermain gadget atau handphone (dok. istimewa/Rodhi)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Setiap malam selepas pulang kerja, Rodhi punya kebiasaan yang tak pernah dia lewatkan: duduk di ruang tamu sambil memperhatikan anaknya bermain gawai. Dia bukan tipe orang tua yang melarang anaknya menggunakan handphone, tetapi dia juga tak ingin mereka tersesat dalam arus informasi yang deras di dunia maya.

Sembari menyeruput teh hangat, matanya sesekali melirik layar gawai anak sulungnya, memastikan video yang ditonton bukan berisi ujaran kebencian atau hoaks yang kerap beredar di media sosial.

Rodhi percaya, melarang bukan solusi. Dia lebih memilih menemani dan mengarahkan. Saat anaknya menemukan video dengan informasi ganjil, Rodhi biasanya mengajak berdiskusi.

“Coba pikir, masuk akal nggak kalau berita itu benar?” begitu katanya dengan nada lembut, seperti diceritakan kepada iNews.id, Minggu (9/11/2025).

Dari situ, dia perlahan mengajarkan anak-anaknya untuk berpikir kritis dan tak menelan mentah-mentah setiap informasi yang muncul di internet.

Bagi Rodhi, tugas orang tua di era digital tak sekadar memastikan anak belajar di sekolah, tapi juga memastikan mereka tak mudah diperdaya oleh informasi yang menyesatkan.

Peran Pemerintah Lindungi Anak

Keresahan orang tua seperti Rodhi ini turut difasilitasi oleh pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Komdigi telah meluncurkan situs Tunasdigital.id di Jakarta, Sabtu (1/11/2025). Platform ini menjadi panduan praktis bagi orang tua Indonesia untuk menjaga anak-anak dari paparan konten negatif di dunia maya.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan, peluncuran situs ini merupakan bentuk komitmen negara dalam menciptakan ruang digital yang aman dan sehat bagi anak-anak Indonesia.

Inisiatif tersebut juga menjadi tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak, yang dikenal sebagai PP Tunas.

Menkomdigi Meutya Hafid (dok. Komdigi)
Menkomdigi Meutya Hafid (dok. Komdigi)

Menurut Meutya, situs Tunasdigital.id hadir untuk mencegah anak-anak terpapar konten berbahaya, eksploitasi, maupun pelecehan di internet. Platform ini juga membantu orang tua mengantisipasi penggunaan gawai berlebihan yang dapat berdampak pada kesehatan psikologis anak, serta memberikan edukasi soal pelindungan data pribadi.

“Tunasdigital.id bisa menjadi kanal pengetahuan bagi bunda-bunda untuk kemudian mengerti bagaimana membawa anaknya di era digital,” ujar Meutya.

Dia menjelaskan, situs tersebut tidak hanya menyajikan materi teoritis, tetapi juga berbagi pengalaman dari para orang tua, tips pengawasan anak di ruang digital, dan konten edukatif dari para pakar.

“Konten dari para pakar sangat penting, misalnya terkait mana sih aplikasi yang aman untuk anak, mana aplikasi yang untuk umur dewasa, mana games yang bisa dimainkan untuk anak-anak usia sekian dan mana games yang belum boleh,” kata Meutya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media (Dirjen KPM) Komdigi, Fifi Aleyda Yahya, menambahkan, melalui PP Tunas dan Tunasdigital.id, pemerintah ingin mendampingi keluarga Indonesia agar lebih siap menghadapi tantangan dunia digital.

“Ini adalah sebuah gerakan literasi digital yang membekali orang tua agar anak-anak bisa memilah informasi, menjaga etika online, serta menjelajahi dunia maya dengan aman. Sehingga anak tumbuh cerdas secara digital dan membawa sikap bijaknya ke dunia nyata,” kata Fifi.

Edukasi Dunia Maya di Era AI

Di balik pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), tersimpan beragam ancaman serius terhadap keamanan data, keadilan sosial, serta masa depan generasi muda. Sejumlah pakar mengingatkan, bahaya teknologi AI tak boleh dianggap remeh karena berpotensi menimbulkan disinformasi, bias diskriminatif, hingga melemahkan kemampuan berpikir kritis anak-anak.

Peneliti ELSAM Indriaswati Dyah dari ELSAM menyoroti masih rendahnya kesadaran publik mengenai risiko diskriminasi yang dapat ditimbulkan oleh sistem AI.

“Kesadaran akan potensi risiko AI dalam menguatkan bias dan diskriminasi masih rendah,” ujarnya dalam webinar nasional Humanizing Artificial Intelligence yang digelar STEI ITB pada 31 Mei 2025 lalu.

Ilustrasi mengakses konten internet (foto: Pixabay)
Ilustrasi mengakses konten internet (foto: Pixabay)

Sementara itu, Diena Haryana dari SEJIWA Foundation menekankan pentingnya menyeimbangkan teknologi dan tumbuh kembang anak.

“AI tidak boleh menggantikan masa bermain dan eksplorasi anak. Teknologi bisa menjadi alat bantu tanpa harus mengganggu proses tumbuh kembang anak,” ujarnya.

Para ahli sepakat, teknologi AI kini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga menyentuh ranah sosial, etika, dan moralitas generasi masa depan.

Editor: Reza Fajri

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut