Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Roy Suryo Cs Gelar Audiensi dengan DPD RI, Minta Jaminan Kebebasan Penelitian 
Advertisement . Scroll to see content

Memahami Vaksin Nusantara 

Rabu, 22 September 2021 - 07:25:00 WIB
Memahami Vaksin Nusantara 
Iqbal Mochtar (Foto: Koran Sindo)
Advertisement . Scroll to see content

Keempat, merupakan euforia berlebihan bila menganggap vaksin ini karya anak bangsa. Konsep sel dendritik yang digunakan pada vaksin ini telah dipelajari sejak 1973. Bukan hal baru. Bahkan konsep ini telah diujicobakan terhadap penderita kanker dengan hasil yang belum memuaskan. Terkait efeknya terhadap Covid-19 juga telah pernah diteliti sebuah perusahaan di China. Namanya Celartics Biopharma. Namun, sekarang perusahaan tersebut tidak eksis, entah mengapa. Konsep sel dendritik bagi Covid-19 ini juga diklaim oleh perusahaan-perusahaan Aivita Biomedical Amerika sebagai konsep mereka. Setidaknya, itu yang tersebut di website mereka. Sebagian bahan, alat dan penelitinya juga dari Amerika. Kalau konsep dan bahan yang digunakan bukan punya kita, lantas apa dasarnya menyebutkan ini karya anak bangsa?

Kelima, mesti terdapat sejumlah drawbacks terkait vaksin ini. Kita patut menghargai upaya tim untuk meneliti vaksin ini. Karena ini bagian dari upaya memperbaiki kesehatan dan keselamatan manusia. Siapa tahu nanti hasilnya baik; who knows. Selain itu, dalam dunia ilmiah medis, semua harus didasarkan pada bukti-bukti medis. Berdasar evidence-based medicine. Bukan berdasar suka atau tidak suka. Karena dalam dunia ilmiah medis, batas fakta dan hoaks dipisahkan oleh uji atau bukti klinis. 

Terkait dengan keharusan mengedepankan bukti klinis, hendaknya jangan ada exagerating atau over-claim terkait vaksin ini. Baik oleh peneliti maupun anggota masyarakat. Karena kondisi ini sangat memengaruhi masyarakat dan pengambil kebijakan. Jangan sampai penelitian belum masuk fase 3 lantas telah diklaim bahwa vaksin ini bermanfaat seumur hidup. Atau jangan ujug-ujug lempar isu vaksin ini akan dibeli atau diimpor negara lain sementara vaksin ini jenisnya autolog. Kan aneh kedengarannya. 

Semua harus disampaikan sebenarnya, apa adanya, tanpa bombastis dan exageration. Karena dalam sebuah tatanan ilmiah dan akademis, apalagi terkait studi strategis, prinsip-prinsip kejujuran, kebenaran dan keadilan harus dijunjung tinggi. Yaitu prinsip-prinsip probitas, veritas, iustitia. Dalam kondisi apapun, semua tatanan ilmiah harus berada dalam koridor probitas, veritas dan iustitia. Bila tidak, nilai-nilai ilmiah dan akademis akan runtuh dan tidak lagi bisa dibedakan antara fakta dan hoaks. 

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut