Mengubah Krisis Menjadi Maslahat: Belajar dari Selandia Baru
Kegiatan salat Jumat, 22 Maret 2019 menjadi puncak dari sikap toleran dan solidaritas sosial rakyat Selandia Baru. Tidak hanya kegiatan tersebut dijaga oleh polisi dan masyarakat nonmuslim Selandia Baru, tetapi juga suara azan dan juga kutbah jumat yang disiarkan ke pelosok negeri yang mayoritas nonmuslim ini.
Setelah azan, semua yang hadir mengheningkan cipta untuk para korban dan diakhir dengan ucapan PM Ardern Selandia Baru ‘berkabung bersama Anda semua, kita semua satu’.
Sementara, pada kutbah Jumat di lapangan di seberang Masjid Al Noor, satu dari dua masjid yang menjadi sasaran penembakan maut di Christchurch, Imam Gamal Fouda mengatakan, Kita patah hati, tetapi kita tidak hancur. kebencian dapat dihancurkan dan kasih akan memulihkan kita.
Sungguh suatu sikap saling menghormati yang sangat indah di antara rakyat Selandia Baru baik yang muslim maupun non muslim. Inilah krisis yang memilukan, tapi dapat diubah menjadi maslahat yang luar biasa tidak hanya untuk Selandia Baru tetapi juga dunia.
Indonesia
Pertanyaannya kemudian, sebagai bangsa Indonesia, apakah kita bisa melakukan sikap dan tindakan yang sama manakala menghadapi situasi seperti itu?
Sebagai bangsa yang mayoritas muslim, dan Islam adalah agama yang menjadi rahmat bagi sekalian alam, rahmatan lil alamin, apakah kita, baik pemimpin maupun rakyat Indonesia, mampu menunjukkan sikap dan tindakan yang lebih baik, atau setidaknya sama baiknya dengan yang ditunjukkan oleh rakyat Selandia Baru ?
Pertanyaan ini relevan untuk kita tanyakan. Saat ini, di tengah hiruk pikuk kampanye, yang kita dengar dan lihat justru situasi yang tidak mencerminkan sikap sebagai bangsa yang mayoritas muslim dengan semangat Islam rahmatan lil alamin. Bahkan jauh pula dari sikap sebagai bangsa yang berlandaskan Pancasila.
Ujaran kebencian, pengotak-kotakan, sebutan ektrims dan radikal, fitnah, dan hoaks begitu mudah diucapkan, disebarkan dan bahkan dengan mudah diviralkan hanya karena berbeda pilihan politik.
Inikah negeri Pancasila, negeri yang semua penduduknya meyakini agama-agama besar dunia? Mungkin inilah saatnya kita semua merenung, apakah seperti ini praktik demokrasi yang ingin kita bangun dan kembangkan di Indonesia?
Selandia Baru mengajarkan kita bagaimana seluruh bangsa, pemimpin dan rakyatnya bersatu padu mengubah krisis menjadi maslahat. Semoga kita menjadi bangsa yang pandai belajar dari sejarah bangsa sendiri maupun pengalaman bangsa lain.
Editor: Zen Teguh