Muhammadiyah: Kepemimpinan Perempuan di DPR Implementasikan Perjuangan Kartini
JAKARTA, iNews.id - Jelang peringatan Hari Kartini 21 April 2022, Muhammadiyah menyebut kepemimpinan perempuan di DPR strategis untuk mengimplementasikan nilai-nilai perjuangan Kartini. Muhammadiyah menyebut hal tersebut menunjukkan terbukanya kesempatan perempuan untuk berkarya.
Tokoh Perempuan Muda Muhammadiyah Ulfah Mawardi pun mengapresiasi kepemimpinan Ketua DPR, Puan Maharani.
"Sosok Ibu Puan Maharani menjadi inspirasi bagi siapapun, bahwa bangsa ini Indonesia membuka lebar kesempatan bagi perempuan untuk berkarya. Inilah substansi dari perjuangan Kartini untuk masa kini," kata Ulfah, Rabu (20/4/2022).
Ulfah berharap posisi Puan Maharani sebagai Ketua DPR dapat memperjuangkan nilai-nilai Kartini seperti mendapatkan kesetaraan dalam hak pendidikan dan mendorong percaya diri perempuan berkarier.
"Nilai-nilai tentang perjuangan-perjuangan itu sekarang melekat pada Ibu Puan Maharani, yang berkat posisinya telah menjadi simbol perlawanan atas praktik-praktik diskriminasi," ucapnya.
Sekjen Pimpinan Pusat Nasyiah Aisyiyah (Putri Muhammadiyah) 2012-2016 ini menjelaskan adanya asumsi perempuan menjadi ibu rumah tangga saja kini semakin ternegasikan. Apalagi, sebelum posisi Ketua DPR yang dijabat Puan, sebelumnya juga ada contoh di mana sosok perempuan menempati posisi sebagai presiden, yakni Megawati Soekarnoputri.
"Karena itu, di momentum kita menyambut Hari Kartini (21 April) tahun ini, perempuan tidak perlu ragu, karena sejatinya memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam mengejar mimpi dan cita-citanya, baik dalam konteka mengenyam pendidikan tinggi, meniti karier, hingga kesempatan di ruang politik serta jabatan publik," ujar Ulfah.
Lebih lanjut, Ulfah mengatakan spirit Kartini untuk masa kini terimplementasikan dalam perempuan yang memiliki semangat juang tinggi, kepercayaan diri, dan yakin terhadap kemampuan yang dimiliknya. Spirit itulah yang menjadikan perempuan memiliki keinginan untuk memerdekakan dirinya, dan memiliki prinsip hidup yang kuat.
"Kehadiran Ibu Puan Maharani sebagai perempuan pertama yang menjadi ketua DPR memberikan contoh baik dan harapan ke depan, jika perempuan diberikan kesempatan mengakses berbagai sumber daya dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, maka perempuan memiliki potensi yang luar biasa dalam pembangunan," ujar Ulfah.
Apalagi, kata Ulfah, dari sisi nilai keagamaan, khususnya di dalam ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, dan tertera langsung dalam Al Quran juga sangat tegas untuk dijadikan pijakan yang relevan dalam hak asasi perempuan (HAP). Yakni untuk mengangkat martabatnya dan menjauhkannya dari praktik perlakuan diskriminatif. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Hujurat ayat 13.
"Wahai manusia, Kami ciptakan kamu dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa kepada-Nya," ujarnya mengutip ayat tersebut.
Ayat yang pernah dikutip oleh Presiden Indonesia pertama, Soekarno dalam pidato "To Build the World A New" di hadapan Sidang Umum PBB pada tanggal 30 September 1960 yang mengguncang dunia itu akan selalu relevan untuk membangun kesadaran. Betapa dengan alasan apapun perempuan tidak berhak mendapatkan perlakuan yang diskriminatif.
Editor: Rizal Bomantama