Nurhadi Dipersepsi sebagai Orang Kuat, Komisi III DPR Acungi Jempol ke KPK
JAKARTA, iNews.id - Penangkapan mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi dan menantunya Rezky Herbiyono yang dilakukan tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Salah satu yang memberikan apresiasi yaitu Komisi III DPR yang merupakan mitra kerja KPK.
Anggota Komisi III DPR Arsul Sani menyatakan jajaran KPK perlu diacungi jempol atas kerja penangkapan 2 buronan kasus dugaan suap dan gratifikasi perkara di Mahkamah Agung (MA). Nurhadi dan menantunya itu ditangkap di Simprug, Jakarta Selatan pada Senin, 1 Juni 2020 malam.
"Kasus Nurhadi ini termasuk kasus "high profile" karena yang bersangkutan dipersepsikan sebagai "orang kuat" yang sulit disentuh penegak hukum," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (2/6/2020).
Persepsi tersebut, menurut sekretaris jenderal (sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini karena saat masih menjadi pejabat utama di MA, Nurhadi terbilang kuat. Bahkan, Arsul mengaku, KPK tidak bisa menyentuh mantan pengawal Nurhadi.
"Apalagi untuk memerika anggota Brimob yang menjadi pengawal di rumah Nurhadi saja KPK kesulitan," ujarnya.
Saat ini, 2 tersangka tersebut telah dibawa ke gedung KPK, Jakarta untuk diperiksa intensif. Nurhadi dan Rezky bersama Direktur PT Multicon Indrajaya Terminal (MIT) Hiendra Soenjoto (HS) telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi terkait dengan perkara di MA pada tahun 2011-2016 pada 16 Desember 2019.
Ketiganya telah dimasukkan dalam status Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 11 Februari 2020. Sementara untuk tersangka Hiendra belum tertangkap dan tim KPK masih memburu.
Nurhadi dan Rezky ditetapkan sebagai tersangka penerima suap dan gratifikasi senilai Rp46 miliar terkait pengurusan sejumlah perkara di MA sedangkan Hiendra ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap.
Editor: Djibril Muhammad