Penciptaan Lapangan Kerja Harus Ditopang Industrialisasi
Peranan UMKM, termasuk ekonomi kreatif, tidak bisa dianggap sebelah mata di sini. Sejauh ini, sumbangsih UMKM terhadap perekonomian kurang lebih mencapai 60-an persen dari PDB dan menyerap hingga 110 juta orang. Sementara sektor ekonomi kreatif sendiri saat ini memang terus bertumbuh, dengan capaian ekspor 12,36 miliar dolar AS tahun lalu (tumbuh 4,46% secara year-on-year) dan menyerap tidak kurang dari 25 juta pekerja. Konektivitas UMKM dan sektor ekonomi kreatif ke dalam klaster industri dapat meningkatkan nilai tambah bagi sektor terbanyak yang menyerap tenaga kerja ini.
Ketiga, memperbaiki iklim investasi dan dunia usaha. Reformasi perizinan memang sudah berjalan, tetapi kepastian energi, lahan industri, tata ruang, dan logistik masih perlu dikawal. Pemerintah sudah menekankan pentingnya menjaga iklim investasi. Tugas berikutnya adalah mengukur seberapa besar capaian investasi pada industri lokal yang naik kelas, dan berapa banyak pekerja yang naik status ke formal setiap tahunnya.
Keempat, melanjutkan hilirisasi yang tidak hanya berhenti di smelter. Proses harus berlanjut pada komponen-komponen lanjutan hingga produk akhir seperti prekursor-katoda baterai, inverter, hingga perakitan kendaraan listrik di hilir.
Sementara terakhir, tidak kalah penting, adalah investasi pada sumber daya manusia. Industrialisasi tanpa skills hanya menambah masalah. Tugas besarnya adalah bagaimana pendidikan kita, terutama vokasi bisa terhubung dengan kebutuhan sesuai klaster industrinya, link & match. Pelatihan pun tidak boleh hanya bersifat generik, tapi riil menjadi jalan bagi upskilling & reskilling tenaga kerja.
Dari apa yang telah berjalan, saya menaruh optimisme besar bahwa kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto bisa menggerakkan industrialisasi. Dengan begitu, target pertumbuhan ekonomi 8% serta pembukaan 19 juta lapangan pekerjaan dalam lima tahun ke depan dapat tercapai.
Editor: Maria Christina