SBY Minta Macron Lebih Arif dan Bijaksana
"Karena telah mempertimbangkan kebebasan berpendapat warga negara Austria tersebut, sekaligus dihadapkan dengan hak masyarakat (khususnya Muslim) di Austria untuk menjaga kehormatan agama mereka, serta hak pemerintah Austria untuk menjaga perdamaian antar umat beragama di negeri itu," kata SBY.
Menurut mantan Menko Polhukam ini, cerita tentang putusan Mahkamah HAM Uni Eropa ini perlu dia angkat untuk dua alasan. Pertama, hal ini bisa menginspirasi dan menjadi pembanding bagi negara dan masyarakat Prancis tentang batas-batas sebuah kebebasan. Dia tahu, Prancis merupakan negara terkemuka dan punya peran penting di komunitas Uni Eropa, bahkan di PBB.
"Saya berharap, jiwa dan esensi putusan Mahkamah HAM Uni Eropa tersebut juga menyiratkan nilai-nilai (shared values) yang dianut oleh Uni Eropa secara keseluruhan," ucapnya.
Kedua, sambung dia, cara yang ditempuh oleh komunitas muslim di Austria tersebut juga bisa menginspirasi komunitas muslim di negara lain jika harus menuntut haknya karena agamanya dihina oleh pihak lain. Menurutnya itulah cara yang benar, karena dilakukan secara damai dan konstitusional, ketimbang dengan menggunakan kekerasan dan harus main hakim sendiri.
"Saya pikir itu dulu yang mesti saya sampaikan. Ini bukan forum ilmiah buat kita saling berdebat dan berargumentasi. Ini hanyalah forum podcast buat saya menyampaikan hak dan kebebasan yang saya miliki, yang dijamin oleh The Universal Declaration of Human Rights," ujarnya.
SBY menegaskan dirinya memiliki kesamaan dengan Macron yakni pecinta demokrasi yang menghormati hak-hak asasi manusia dan kebebasan. Namun, di sisi lain SBY menjelaskan dirinya mencintai kedamaian dan perdamaian. Menurutnya kedamaian mensyaratkan hadirnya toleransi dan kerukunan antar masyarakat dan bangsa yang berbeda-beda identitasnya.
"Karenanya, saling menghormati, saling toleran, dan saling bertenggang rasa adalah kondisi yang harus dijaga dan dirawat dengan baik," tutur SBY.
Editor: Rizal Bomantama