Soal Format Debat, Demokrat Bandingkan KPU dengan Kontes Miss Universe

JAKARTA, iNews.id - Partai Demokrat mempertanyakan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberikan kisi-kisi pertanyaan dalam debat capres dan cawapres. Keputusan tersebut dianggap aneh.

Wasekjen Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin menyindir keputusan KPU tak ubahnya kontes kecantikan.

Baca Juga

Australia Bikin Perjanjian Keamanan dengan Indonesia, Jawab Isu Rusia Ingin Kerahkan Pesawat Pengebom Nuklir ke RI

"Persoalan bangsa ini tentunya tanpa diberikan pertanyaan harusnya sudah tahu, sudah bisa dijawab. Jadi lucu, ini kalah dengan kontes Putri Indonesia, apalagi sama kontes Miss Universe," kata Didi dalam diskusi 'KPU Batal Sosialisasikan Visi Misi, Ada Apa?' di Media Center Pemenangan Prabowo-Sandi, Jakarta, Senin (7/1/2019).

Didi mengatakan, apa yang dilakukan KPU baru pertama kali terjadi di dunia. Belum pernah dirinya mendengar ada penyelenggara pemilu memberikan daftar pertanyaan kepada pasangan calon yang tengah bertarung, kecuali di Indonesia.

Baca Juga

Belum Pernah Ikut Debat Kandidat, Ma'ruf Amin Tetap Percaya Diri

Dia menilai keluarnya keputusan ini karena KPU sedang galau. Oleh karena itu, situasi seperti ini sangat membahayakan KPU sebagai penyelenggara pemilu.

"Padahal wasit di tanggal 17 Januari 2019 ini akan memimpin proses demokrasi terbesar sepanjang sejarah (Indonesia) karena pemilihan serentak. Ada pemilihan presiden, ada pemilihan legislatif pada saat yang sama. Tapi kalau galau itu repot, enggak ada sifat yang tegas," ujarnya.

Seperti diketahui, KPU membuat terobosan dengan menyiapkan format debat yang berbeda dibandingkan 2014. Model baru yang akan diterapkan pada debat capres-cawapres 2019 yakni adanya pertanyaan yang dibuat terbuka dan tertutup kepada pasangan calon.

Menurut Ketua KPU Arief Budiman, model pertanyaan dengan sistem terbuka yakni pertanyaan dari penelis sudah dikirim atau diserahkan terlebih dahulu kepada masing-masing pasangan calon. Direncanakan kisi-kisi pertanyaan akan diberikan paling lambat 9 Januari 2019.

Editor: Zen Teguh