Sosok Sunan Kudus, Walisongo yang Tegas dengan Syariat Islam dan Ajaran Toleransi Beragama
Sejak itu, masyarakat Kudus lebih memilih daging kerbau sebagai alternatif. Hal ini tercermin dalam sajian khas kota tersebut seperti soto Kudus, yang menggunakan daging kerbau, bahkan saat IdulAdha sekalipun.
Tak hanya soal fatwa, jejak dakwah Sunan Kudus juga tertinggal kuat dalam bidang arsitektur. Masjid Menara Kudus menjadi simbol nyata perpaduan Islam dan Hindu.
Menara masjid itu mirip bangunan candi, dibangun dari batu bata merah dengan ornamen-ornamen khas Majapahit. Konon, menurut cerita rakyat setempat, menara itu dibawa langsung oleh Sunan Kudus dari tanah Arab hanya dengan sehelai sapu tangan.
Cerita lain menyebutkan bahwa lawang (pintu) kembar di masjid Kudus berasal dari peninggalan Majapahit. Kisah-kisah ini memperlihatkan bagaimana masyarakat menghormati karomah sang wali dengan balutan legenda dan budaya lokal.
Sunan Kudus bukan tokoh biasa. Dia putra dari Sunan Ngudung (Raden Usman Haji), seorang imam dan panglima perang Kesultanan Demak. Sementara ibunya, Syarifah atau Nyi Ageng Manyura, merupakan cucu dari Sunan Ampel.