Survei Kemenag, Indeks Literasi Alquran di Indonesia Capai 66 Persen
JAKARTA, iNews.id - Kementerian Agama (Kemenag) merilis survei bertajuk 'Potensi Literasi Alquran Masyarakat Indonesia'. Hasilnya, indeks literasi Alquran 2023 mencapai 66,038 persen atau masuk kategori tinggi.
Survei tersebut melibatkan 10.347 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara acak berjenjang, dengan tingkat kepercayaan 96 persen pada level bound of error 1 persen.
Survei ini diselenggarakan oleh Direktorat Penais bekerja sama dengan BRIN serta Lembaga Kajian dan Kebijakan Pendidikan Universitas Indonesia (LK3P UI) pada 1 hingga 30 Juli 2023 lalu.
"Untuk meningkatkan indeks literasi Alquran, kami terus mengoptimalkan program pembelajaran Alquran melalui peran para aktor bidang layanan keagamaan seperti Penyuluh Agama, Majelis Taklim, Ormas Islam, dai atau daiyah, dan Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ)," kata Direktur Penais Ditjen Bimas Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, dikutip dalam laman resmi kemenag di Jakarta, Kamis (12/10/2023).
Zayadi mengatakan, salah satu kunci membaca Alquran dengan lancar adalah mempelajari kaidah-kaidah tajwid dasar yang berfungsi untuk menghindari kesalahan membaca.
“Selain itu, penting juga meningkatkan kuantitas dan kualitas pengajar, ketersediaan majelis pembelajaran Alquran, peningkatan frekuensi dan kualitas program literasi BTQ, yang diselenggarakan bersama dengan pemerintah daerah,” ujar Zayadi.
Dia meminta agar LPTQ di tingkat kecamatan hingga provinsi di seluruh Indonesia untuk membuat program peningkatan literasi Alquran yang berdampak langsung ke masyarakat. “Mari seluruh jajaran LPTQ di Indonesia agar menguatkan perannya dalam membimbing masyarakat di daerah masing-masing untuk meningkatkan kemampuan baca dan tulis Alquran,” tutur Zayadi.
Dia juga mendorong umat Muslim untuk mengikuti majelis pembelajaran Alquran yang di sekitar tempat tinggal masing-masing dalam meningkatkan kemampuan Baca dan Tulis AlQuran (BTQ).
"Zaman sekarang, materi pembelajaran Alquran juga bisa diperoleh dari media sosial, karena sudah terbukti signifikan berdampak terhadap peningkatan kompetensi BTQ," tuturnya.
Hasil survei tersebut, kata dia, menjadi bahan evaluasi bersama untuk penguatan dan inovasi program di bidang literasi dan pembelajaran Alquran di masyarakat.
Sebagai informasi, survei itu juga menunjukkan bahwa responden mengenali huruf dan harakat Alquran (61,51 persen), mampu membaca susunan huruf menjadi kata (59,92 persen), mampu membaca ayat dengan lancar (48,96 persen), dan membaca Alquran dengan lancar sesuai tajwid (44,57 persen). Responden yang belum memiliki literasi baca Alquran mencapai 38,49 persen.
Survei ini juga menemukan sebanyak 11,3 persen responden tidak memiliki Mushaf Alquran di rumahnya. Peran Penyuluh Agama berdampak dengan skor 78,2 bagi masyarakat yang mengikuti Program Penyuluhan Literasi Alquran.
Ditemukan juga data sebanyak 22,2 persen responden mengaku tidak ada majelis pembelajaran BTQ di tempat tinggalnya. Jika pun ada, sebesar 59,36 persen responden tidak pernah mengikuti majelis pembelajaran BTQ.
Editor: Rizky Agustian