Ternyata Ini 5 Dampak Nepotisme jika Terjadi di Negara Kita
JAKARTA, iNews.id - Pemilu 2024 semakin dekat. Andi Widjajanto dari Deputi Politik 5.0 Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, mengatakan praktik nepotisme sudah parah pada demokrasi Indonesia. Dia menjelaskan, hal itu terjadi akibat adanya seleksi atau usulan calon presiden dan wakil presiden untuk maju pada pemilu presiden mendatang.
“Titik awal dari perjalanan demokrasi 2024 itu di penetapan atau pengusulan calon, dan di situlah nepotisme itu terlihat brutal, terkesan brutal, nepotisme yang brutal disertai dengan manipulasi hukum,” kata Andi dalam jumpa persnya, Minggu (12/11/2023), di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Rumah Cemara, Jakarta Pusat.
Selain itu, Andi juga mempertegas pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menyebut nepotisme, kolusi dan korupsi sebagai NKK. Ia mengklaim akronim KKN sebenarnya adalah cara masyarakat menyadarinya.
Ia menjelaskan, nepotisme merupakan permasalahan yang ada dalam sistem demokrasi Indonesia saat ini.
Lantas, bagaimana dampak nepotisme jika terjadi di negara kita?
Ketika pejabat publik mengabaikan kepentingan masyarakat, negara, dan negara demi kepentingan keluarga atau teman dekatnya sendiri, mereka terlibat dalam nepotisme.
Ketika seseorang yang memiliki otoritas memilih untuk mengutamakan teman atau keluarga di atas dirinya sendiri dan bukan berdasarkan kualifikasinya sendiri, hal ini dikenal sebagai nepotisme. Seorang manajer yang memilih anggota keluarga untuk dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi ketika ada kandidat lain yang lebih layak adalah contoh khas tindakan nepotisme.
Oleh karena itu, berikut dampak nepotisme jika terjadi di Indonesia
Karena pengangkatan lebih didasarkan pada ikatan kekeluargaan dibandingkan keterampilan atau kredensial, atau berdasarkan latar belakang akademis atau organisasi yang sebanding, nepotisme dapat berdampak negatif pada fungsi lembaga.
Akibatnya, pekerja yang lebih berkemampuan mungkin merasa diremehkan, dan mereka yang ditunjuk akan mengalami kesulitan untuk melakukan pekerjaannya secara efektif.
Menghancurkan etika kerja organisasi dengan menempatkan nilai yang lebih tinggi pada hubungan kekerabatan atau pengalaman pendidikan atau profesional bersama dibandingkan pada keterampilan atau kredensial. Hal ini dapat menyebabkan situasi di mana promosi dan penghargaan diberikan berdasarkan kriteria yang tidak penting dan bukan berdasarkan kinerja.
Konflik di dalam organisasi dan ketidakbahagiaan karyawan dapat diakibatkan oleh hal tersebut. Akibat praktik nepotisme, pekerja mungkin merasa diremehkan atau diabaikan, yang dapat menurunkan motivasi mereka dan menurunkan produktivitas.