Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kapolri Ungkap 1 Korporasi Jadi Tersangka Kasus Kayu Gelondongan Bencana Sumatra
Advertisement . Scroll to see content

Tertipu Lowongan Kerja, WNI Diduga Disekap di Myanmar hingga Keluarga Diminta Tebusan

Senin, 12 Agustus 2024 - 16:39:00 WIB
Tertipu Lowongan Kerja, WNI Diduga Disekap di Myanmar hingga Keluarga Diminta Tebusan
Keluarga korban TPPO SA, Yohana melapor ke Bareskrim (Foto: Riana Rizkia)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Seorang warga negara Indonesia (WNI) berinisial SA (27) dari Jakarta Selatan diduga menjadi korban penyekapan dan penyiksaan di Myanmar setelah tertipu oleh lowongan kerja palsu. Keluarga SA melaporkan kasus itu kepada Bareskrim Polri.

Sepupu SA, Yohana Apriliani (35), mengungkapkan sebelumnya keluarga telah melaporkan kasus ini dan diarahkan untuk berkonsultasi dengan Satgas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Hari ini, mereka kembali ke Bareskrim Polri untuk membuat pengaduan masyarakat (Dumas) dengan melampirkan bukti-bukti penyiksaan yang diterima SA.

“Kita sudah bercerita banyak tentang kasusnya SA ini, lalu diarahkan lagi untuk membuat Dumas plus melampirkan berkas bukti-bukti lainnya,” ujar Yohana di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (12/8/2024).

Bukti-bukti yang dilampirkan oleh keluarga termasuk percakapan SA dengan seseorang bernama Risky, yang awalnya mengajak SA untuk bekerja di Thailand. Keluarga SA tidak mencurigai apa pun karena mereka mengenal Risky dengan baik. SA dijanjikan gaji sebesar 10.000 dolar AS atau sekitar Rp150 juta.

Namun, setelah tiba di Bangkok, SA bersama Risky dan beberapa orang lainnya, termasuk warga keturunan India, malah dibawa ke Myanmar, bukan ke Mae Sot, Thailand, seperti yang dijanjikan. Sementara itu, Risky diketahui telah kembali ke Indonesia pada 30 Juli 2024, meninggalkan SA dalam kondisi disekap.

“Kami dapat telepon dari SA yang mengatakan bahwa dia disekap dan disiksa karena pihak di sana meminta tebusan sebesar 30.000 dolar AS. Selama uang itu belum masuk, SA terus disiksa, tidak diberi makan, dan hanya bisa minum jika ada air hujan,” ujar Yohana.

Yohana juga mengungkapkan bahwa SA tidak sendirian. Ada sekitar 15 WNI lainnya yang disekap bersama SA di lokasi yang sama. Kondisi mereka sangat memprihatinkan, dengan SA yang bahkan harus menggunakan handphone dalam keadaan tangan terborgol dan bersembunyi di dalam toilet.

"Dia bilang kalau disiksa hanya dengan tangan, dia masih bisa bertahan. Tapi masalahnya, mereka memukulnya dengan alat, senjata, atau stik golf," ujar Yohana.

Meski begitu, keluarga SA belum berencana melaporkan Risky ke polisi. Fokus utama mereka saat ini adalah memastikan kepulangan SA dengan selamat ke Indonesia. 

"Saat ini fokus kami meminta bantuan dari Pemerintah dan Kepolisian Indonesia untuk mengupayakan kepulangan SA," tutur Yohana.

Editor: Muhammad Fida Ul Haq

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut