Antispasi Limbah Baterai Kendaraan Listrik, Kedaruratan Pengelolaan B3 Jadi Perhatian
JAKARTA, iNews.id - Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) menjadi perhatian semua pihak. Salah satu sektor yang menyumbang limbah B3 terbanyak adalah otomotif.
Banyak sisa komponen otomotif dikategorikan sebagai limbah B3, antara lain baterai (accu), lampu, oli bekas, e-waste (sistem elektronik). Terlebih, saat ini memasuki era elektrifikasi kendaraan baterai menjadi komponen utama dan menjadi salah satu penyumbang lembah B3 terbesar.
Sebagai gambaran, berdasarkan laporan Global E-Waste, secara statistik Asia menghasilkan volume limbah elektronik terbesar pada 2019 (24,9 Mt), diikuti Amerika (13,1 Mt), Eropa (12 Mt), kemudian Afrika dan Oseania masing-masing menghasilkan 2,9 Mt dan 0,7 Mt.
Direktorat Pemulihan Lahan Terkontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3 dan nonB3 (PLTTDLB3), Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK ) menyatakan diperlukan penerapan sistem tanggap darurat dalam pengelolaan limbah B3.
"Ini pentingnya Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan atau Limbah B3 skala provinsi. Diharapkan melalui upaya ini diperoleh hasil analisis risiko yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Program Kedaruratan Pengelolaan B3," ujar Haneda Sri Mulyanto dari Direktorat PLTTDLB3 KLHK dalam workshop dilansir Senin (5/9/2022).
Dalam menangani masalah ini, Direktorat PLTTDLB3, Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK berkolaborasi dengan Disaster Risk Reduction Center Universitas Indonesia (DRRC UI) menggelar workshop kedaruratan pengelolaan B3 dan limbah B3 di empat provinsi, yaitu Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Provinsi Kalimantan Timur.
Profesor Fatma Lestari, ketua DRRC UI menegaskan pentingnya kolaborasi pemerintah dengan akademisi dalam menghitung Risiko Kedaruratan Pengelolaan B3 dan Limbah B3 di empat provinsi tersebut.
"Melalui kegiatan workshop ini diharapkan diperoleh hasil penghitungan analisis risiko kedaruratan pengelolaan B3 dan atau limbah B3 yang komprehensif dan bisa digunakan sebagai acuan penyusunan program kedaruratan PLB3," katanya.
Diketahui, workshop mencakup empat sesi dengan setiap sesi memaparkan hasil analisis risiko kedaruratan pengelolaan B3 dan limbah B3 Provinsi Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur bersama dengan tim periset dari UI.
Editor: Dani M Dahwilani