Kehabisan Duit, McLaren Jual Koleksi Mobil Bersejarah Rp1,89 Triliun
JAKARTA, iNews.id – Kehabisan uang untuk mendanai produksi Artura, McLaren terpaksa menjual sejumlah koleksi mobil bersejarahnya. Pembeli tersebut adalah Mumtalakat Holding Bahrain, yang memiliki 60 persen saham perusahaan berbasis di Woking, Inggris.
Dilansir dari CarBuzz, Selasa (6/11/2022), McLaren membutuhkan dana besar setelah terdapat masalah dalam proses produksi Artura, supercar berteknologi hybrid pertamanya.
Disebutkan Artura membutuhkan “peningkatan teknis” yang mengakibatkan kembali terjadi penundaan produksi. Masalah yang muncul membuat pelanggan harus kembali menunggu Artura dikirim ke garasi mereka.
Beruntung, Mumtalakat setuju memberi dana tambahan senilai 123 juta dolar AS (Rp1,89 triliun) untuk mangatasi masalah produksi Artura.
Masih belum diketahui mobil bersejarah mana yang dilego McLaren untuk meraih dana segar. Sebab, mereka memiliki banyak mobil bersejarah, termasuk mobil balap legendaris Formula 1, supercar F1, serta mobil edisi spesial dan mobil konsep.
Total, McLaren memiliki 54 mobil ikonik yang bersejarah. Perusahaan mengatakan mereka telah menjual mobil koleksinya dari waktu ke waktu.
McLaren akan melanjutkan pembicaraan seputar kemitraannya dengan Porsche yang saat ini masih mencari jalan ke F1. McLaren tampaknya menjadi pilihan yang menggiurkan mengingat peningkatan prestasi mereka di F1 dalam beberapa tahun terakhir.
Ironisnya kesuksesan di F1, tidak menghentikan kerugian yang dialami perusahaan supercar tersebut. Pada September, McLaren melaporkan kerugian sekitar 247 juta dolar AS (Rp3,8 triliun) pada 9 bulan pertama tahun ini.
Setahun lalu, perusahaan juga membukukan kerugian 87 juta dolar AS (Rp1,3 triliun). Bahkan, McLaren mengalami kesulitan finansial selama berbulan-bulan sebelum investor baru datang.
Tahun ini, McLaren telah mendapatkan dana dari beberapa pemegang saham. Perusahaan investasi Ares Management Corporation dan Dana Investasi Publik Arab Saudi berkontribusi memberikan pendanaan 154 juta dolar AS (Rp2,38 triliun).
Editor: Dani M Dahwilani