Kisah Perjuangan Hendra Ahok, Anak Pengusaha yang Pilih Jadi Sopir Bus
Namun, menjadi sopir truk cabai membuat hati Hendra Ahok tak tenang karena terkadang muatannya sepi, bahkan harus menginap di Jakarta sampai satu pekan. Akhirnya, dia berhubungan dengan teman yang mengajaknya menjadi sopir truk cabai.
Ternyata, temannya sudah menjadi sopir bus dan mengajaknya untuk menjadi sopir bus. Ini merupakan awal mula Hendra Ahok akhirnya masuk ke dunia supir bus malam dan meninggalkan pekerjaan lamanya menjadi sopir truk.
"Awalnya saya jadi sopir bus di Mira, nggak lama saya ke Sugeng Rahayu. Dua-duanya cuma hitungan bulan. Habis itu ke Santika, dan nggak lama juga di sana. Habis dari Santika saya ke Haryanto. Itu juga sebentar, saya nggak pernah jalan. Terus pindah ke Gunung Harta, saya kerja sekitar 4-5 tahun,” ujar Hendra.
Namun, Hendra Ahok memutuskan untuk keluar dari PO Gunung Harta karena terbukti menyerahkan bus kepada seorang BisMania. Sebenarnya, dia hanya mendapatkan skors 2 bulan, tapi dia memutuskan untuk keluar dari perusahaan dan kembali bergabung dengan PO Haryanto.
Saat bekerja di PO Gunung Harta, Hendra mendapatkan nama panggilan Ahok. Orang yang pertama kali memberi panggilan itu adalah Pak Mahmud, salah satu sopir bus Gunung Harta.
Ketika pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, Hendra Ahok sempat menghilang, dan banyak yang menanyakan di mana keberadaannya. Dia mengaku saat itu berkunjung ke rumah ayahnya di Makassar.
Namun, Hendra Ahok menyebut dirinya lama tak kembali dari Makassar akibat adanya insiden. Bukan dengan orang lain, tetapi dengan ayahnya sendiri yang tak ingin dirinya kembali menjalani profesi sebagai sopir bus di Pulau Jawa.
“Papa saya itu punya usaha toko besi, truk Pertamina, sama sarang Walet. Dia tahu saya punya SIM B2 Umum, diminta terus dipatah-patahin. Saya kabur buat balik ke Jawa, saya pamitnya pas sudah di pesawat,” kata Ahok.
Kenyamanan menjadi bagian dari PO Haryanto membuat Hendra Ahok tetap tegas pada pendiriannya untuk tetap menjadi sopir bus malam.
“Sebenarnya saya yakin sama jawaban semua rekan-rekan kerja di sini, kalau di balik punggung Pak Haji Haryanto itu, semua nyaman,” ujarnya.
Editor: Vien Dimyati