Medali Olimpiade Tokyo dari Barang Bekas, Petinju Filipina Kenang saat Jadi Pemulung
Paalam menjalani kehidupan yang keras pada masa kecil. Pria berusia 23 tahun itu harus mengais sampah, mengumpulkan botol dan plastik untuk bertahan hidup. Hal itu terjadi sejak orangtuanya berpisah saat dia berusia enam tahun. Dia pun lalu menjalani kehidupan sebagai seorang pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di kota Cagayan de Oro.
Petinju kelas terbang itu mengenal dunia yang membesarkan namanya lewat tetangga di rumahnya. Ketika itu dia pulang dari gereja, lalu tetangga yang merupakan seorang petinju itu sedang melatih anaknya. Paalam yang sedang lewat dipanggil untuk bertarung melawan sang anak.
“Itu terjadi setelah gereja, kemudian ketika saya sampai di rumah. Saya melihat tetangga saya tengah bertinju dan melatih putranya. Dia kemudian memanggil saya untuk datang dan melawan putranya," kata Paalam.
“Saya takut karena anak itu adalah putra seorang petinju dan dia anak yang baik. Saya tidak ingin berkelahi dengannya, tetapi tetangga saya memberi sepasang sarung tangan dan dia memberi tahu bahwa siapa pun yang menang akan mendapat sebotol soda," ucapnya.
Paalam menerima tantangan itu dan tetangganya kemudian menilai dia mempunyai bakat tinju. Dia yang saat itu berusia sembilan tahun disarankan untuk mengikuti pertandingan tinju mingguan yang ada di alun-alun kota Cagayan de Aro. Pertandingan itu disebut ‘Boxing in The Park’.