Pengakuan Mengejutkan Rinov Rivaldy usai Gugur di Indonesia Open 2025
Pengakuan tersebut mencerminkan kondisi psikologis Rinov yang tampaknya sedang berada dalam titik jenuh. Ketika ditanya apakah ia benar-benar merasa lelah dengan bulu tangkis, Rinov menjawab dengan jujur.
"Saya rasa mungkin iya (saya jenuh dengan bulu tangkis)," tegasnya. Ia juga mengutarakan perasaannya yang belum mampu memberikan kontribusi maksimal bagi PBSI meskipun telah mendapatkan banyak dukungan.
Dalam pernyataan lanjutannya, Rinov menunjukkan introspeksi mendalam terhadap perannya sebagai atlet pelatnas.
"Sebenarnya hasilnya memang banyak kurang baik. Saya juga sudah lama di PBSI, dan sebenarnya rasa tanggung jawab saya kepada PBSI itu masih belum ada. Dalam arti, PBSI sudah memberi saya beasiswa lebih, tapi saya memberikan benefit untuk PBSI itu apa? Itu yang rasa tanggung jawab saya," ungkapnya.
Soal kelanjutan kariernya bersama Pitha, Rinov mengatakan belum ada keputusan pasti. Mereka berencana untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan pihak pelatih dan pengurus PBSI. Diskusi ini penting untuk menentukan langkah terbaik, apakah akan tetap di pelatnas atau mengambil jalur independen ke depannya.
"Kami belum tahu ya. Mungkin, kita harus diskusikan sama pengurus PBSI," kata Rinov saat ditanya terkait kemungkinan masa depannya di pelatnas. Ia juga menekankan bahwa baik di dalam maupun di luar pelatnas, tantangan tetap ada.
"Sebenarnya, mau di luar atau mau di dalam (PBSI) itu sama-sama. Yang penting, yang terlebih lagi, orangnya sih. Maksudnya, tidak ada bedanya di dalam dan di luar," tutupnya.
Situasi yang dialami Rinov Rivaldy menjadi refleksi penting bagi dunia bulu tangkis nasional. Tekanan mental, kejenuhan, dan beban ekspektasi bisa berdampak besar terhadap performa atlet. Diperlukan pendekatan menyeluruh, tidak hanya dari sisi teknis, tapi juga mental dan emosional, untuk membantu para atlet bertahan dan berkembang di level tertinggi.
Editor: Abdul Haris