Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Legenda Timnas Indonesia dan Persija Oyong Liza Meninggal Dunia
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Andi Ramang, Legenda Timnas Indonesia yang Dibuat Film Dokumenter FIFA: Mitos Penduduk Sulawesi Selatan

Sabtu, 27 Agustus 2022 - 08:08:00 WIB
Kisah Andi Ramang, Legenda Timnas Indonesia yang Dibuat Film Dokumenter FIFA: Mitos Penduduk Sulawesi Selatan
Kisah Andi Ramang (Foto: Wikipedia)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kisah Andi Ramang sebagai salah satu pemain sepak bola legendaris asal Indonesia menarik untuk disimak. Ia adalah pemain yang sepak terjangnya pernah sangat melegenda pada dekade 40-an hingga 60-an.

Selain menjadi salah legenda Timnas Indonesia, Ramang adalah salah satu pemain terhebat yang pernah dimiliki PSM Makassar. Andi Ramang adalah satu dari 5 pemain legenda Timnas Indonesia yang bahkan diapresiasi oleh FIFA melalui film dokumenter. 

Saking luar biasanya, kehebatan legenda yang lahir pada 24 April 1924 dan meninggal pada 26 September 1987 itu bahkan diselimuti mitos oleh masyarakat Sulawesi Selatan.

Bagaimana kisah legendaris seorang Andi Ramang? Berikut ini adalah ulasannya yang dilansir iNews.id, Rabu (24/8/2022).

Kisah Ramang - The Man, The Myth, The Legend

Belum lama ini FIFA telah merilis film pendek yang mengangkat tema tentang 5 pemain sepak bola legenda Timnas Indonesia. Lima pemain tersebut adalah Boaz Solossa, Soetjipto Soentoro, Ricky Yacobi, Ramang, dan Herry Kiswanto. 

Ramang menjadi salah satu pemain legenda sorotan FIFA yang memiliki cerita menarik. Ia diketahui lahir di Kabupaten Barru pada 24 April 1924 dan pindah ke Makassar saat usianya 18 tahun setelah menikah muda.

Ramang adalah seorang striker jagoan PSM Makassar yang terkenal pada tahun 1950-an. Ia juga mendapat julukan sebagai sebagai 'Kurcaci Monster' karena kehebatannya.

FIFA menceritakan kisah Ramang yang jarang sekali diketahui orang melalui episode berjudul The Man, The Myth, The Legend. 

Dalam film tersebut, FIFA menarasikan bahwa Ramang tak hanya seorang legenda sepak bola, melainkan juga mitos sepak bola dari Sulawesi Selatan. 

Episode spesial tentang Ramang itu menggambarkan seberapa kuat pengaruh Ramang bagi sepak bola Makassar. Tokoh-tokoh kunci seperti saksi hidup, jurnalis kawakan, hingga sejarawan dihadirkan untuk memberikan kesaksian tentang Ramang.

Jurnalis senior, M Dahlan Abubakar dalam film FIFA mengatakan bahwa bakat alami Ramang didapat dari sang ayah. Kekuatan fisik dan skill yang dimiliki oleh seorang Ramang juga didapat berkat tempaan hidup keras sejak kecil.

"Ayahnya yang bernama Nyo'lo itu adalah peraga (olahragawan) tulen, yang sangat mahir di olahraga itu (sepak raga/sepak takraw)."

"Ramang waktu kecil itu penjual ikan yang menggunakan sepeda ke daerah Segeri yang jaraknya hampir 20 km dari rumahnya. Jadi dari segi stamina, dia sudah terbentuk," ujar M Dahlan Abubakar dalam film dokumenter FIFA.

Bob Hippy, anak didik Ramang, mengatakan bahwa pemain yang pernah merepotkan kiper legendaris dunia, Lev Yashin itu memang memiliki daya tarik luar biasa pada zamannya. Penampilannya di lapangan saat itu bahkan disebut-sebut lebih memukau dari Diego Maradona.

"Penguasaan bola, kaki kiri dan kanan sangat hidup sekali. Daya tarik Ramang itu begitu kuat," anak didik Ramang, Bob Hippy.

Sejarawan Anhar Gonggong dalam film dokumenter tersebut juga memberikan kesaksian serupa. Ia mengatakan bahwa Ramang adalah sosok striker langka yang bahkan bisa mengecoh banyak pemain sekaligus.

"Seperti kalau kita nonton Maradona, bagaimana dia bisa melewati banyak orang sehingga memasukkan tendangan gawang. Bola dipermainkan, dikepung banyak orang, dia bisa lepas," kata sejarawan Anhar Gonggong.

Nama Ramang terkenal ketika dirinya dipanggil membela Tim Nasional (Timnas) Indonesia untuk tampil di Olimpiade Melbourne 1956, Australia. Pemain depan bertubuh mungil mengejutkan dunia berkat permainan apiknya.

Kisah Ramang, pemain sepak bola legendaris asal Indonesia mencuri perhatian dunia ketika Timnas Indonesia menghadapi Uni Soviet di perempatfinal. 

Ramang yang berpostur kecil, mampu bersaing melawan bek-bek besar nan tangguh dari Uni Soviet. Bahkan, salah satu kiper terhebat dunia yang membela Uni Soviet saat itu, yakni Lev Yashin, dibuat jatuh bangun untuk menepis tendangan Ramang.

"Radio itu ramai, kan waktu itu belum ada TV. Jadi radio itu jadi tempat berkumpulnya orang mendengar dan ribut (menyimak penampilan Ramang)," kata Anhar.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut