Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : FIFA Rilis Match Official Piala Dunia U-17 2023, Pierluigi Collina Terjunkan Wasit Terbaik
Advertisement . Scroll to see content

Sosok Pierluigi Collina, Wasit Terbaik Dalam Sejarah Sepak Bola yang Membuat  Nyali Setiap Pemain Ciut

Jumat, 21 Oktober 2022 - 12:57:00 WIB
Sosok Pierluigi Collina, Wasit Terbaik Dalam Sejarah Sepak Bola yang Membuat  Nyali Setiap Pemain Ciut
Pierluigi Collina, Wasit Terbaik Dalam Sejarah Sepak Bola (Foto: Irish Mirror)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Inilah sosok Pierluigi Collina, wasit terbaik dalam sejarah sepak bola. Jika berbicara pengadil lapangan hijau terbaik sepanjang sejarah, maka pencinta sepak bola dunia akan sepakat bahwa sosok itu adalah Pierluigi Collina.

Bukan isapan jempol, reputasi Pierluigi Collina sebagai wasit terbaik terbukti dari 6 kali penghargaan wasit terbaik FIFA. Selain itu, Majalah France Football juga resmi menobatkannya sebagai wasit terbaik sepanjang sejarah sepak bola pada tahun 2020 silam. 

Lantas, bagaimana sosok Pierluigi Collina hingga namanya sampai diagungkan sebagai pengadil sepak bola terbaik sepanjang sejarah? Apa yang membuat wasit asal Italia itu begitu disegani? Berikut ini adalah ulasannya.

Sosok Pierluigi Collina

Collina lahir di Bologna, Italia, pada 13 Februari 1960. Ia merupakan lulusan Universitas Bologna dengan gelar ekonomi pada tahun 1984.

Semasa remaja, ia bermimpi untuk menjadi pesepak bola profesional dan sempat bermain untuk tim lokal. Ketika usianya 17 tahun, dia menyadari bahwa mimpi itu sulit digapai lantaran bakatnya sangat biasa saja.

Atas saran seorang teman, dia kemudian menghadiri kursus wasit. Ia memulai debutnya sebagai wasit profesional pada tahun 1977. Dalam kurun waktu tiga tahun, ia berhasil mencapai jenjang tertinggi kompetisi regional, sembari melaksanakan wajib militer. 

Pada tahun 1988, kariernya melejit secara pesat. Hingga akhirnya ia dipromosikan ke divisi nasional tingkat tiga, Serie C1 dan Serie C2. Setelah tiga musim, ia kembali dipromosikan untuk memimpin pertandingan Serie B dan Serie A.

Setelah memimpin 43 pertandingan Serie A ia ditempatkan di Daftar Wasit FIFA. Ini awal puncak kariernya sebagai wasit sepak bola. Wasit yang sangat disegani oleh seluruh orang di lapangan ini lalu dialokasikan ke lima pertandingan di Olimpiade 1996, termasuk final antara Nigeria dan Argentina.

Tiga tahun kemudian, Pierluigi Collina ditugaskan untuk memimpin 2 pertandingan sepak bola terbesar di dunia, yakni Final Liga Champions UEFA 1999 antara Bayern Munich vs Manchester United, dan final Piala Dunia 2002 antara Brasil vs Jerman.

Kenapa Pierluigi Collina Sangat Disegani?

Pamor Pierluigi Collina terkenal sebagai wasit sangat dihormati oleh para pemain, manajer, dan penggemar. Memiliki rasa keadilan tinggi, tenang, kharismatik, dan tegas membuat siapa saja rikuh di hadapannya.

Auranya sebagai pribadi sangat luar biasa. Ia mampu meredam setiap ego, amarah, hingga rasa frustasi para pemain paling 'preman' sekaligus. Ketenangan dan rasa percaya dirinya tidak pernah membuat ia terintimidasi.

Dengan pendekatannya yang berbeda, ia menjadi wasit paling disegani di Italia dan Eropa. Pemain paling bandel sekalipun akan ciut nyalinya jika berhadapan dengan sang wasit berkepala plontos tersebut.

Jika ia dibenta, Collina akan membentak balik dengan nada lebih tinggi diikuti sorot mata tajamnya yang bisa meruntuhkan mental pemain. Tidak heran, ia selalu memiliki bargaining power yang kuat di mata pemain.

Saat masih muda, ia menderita penyakit alopecia yang parah sehingga semua rambut dan bulu di kepalanya rontok. Namun, hal itu memberinya penampilan yang khas dengan kepala plontos dan sorot mata tajam yang kharismatik. Collina kemudian dijuluki sebagai Kojak.

Sayangnya, karier Collina berakhir dengan tidak menyenangkan pada tahun 2005. Saat itu, Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) sebenarnya sempat akan memutuskan batas usia wasit dari 45 tahun menjadi 46 tahun.

Hal itu semata agar Collina yang sudah berusia 46 tahun bisa bertugas satu tahun lagi dan berpeluang memimpin partai final Piala Dunia 2006 di Jerman.

Namun, Collina dan FIGC terlibat perselisihan karena ia bekerja sama dengan Opel untuk menjadi sponsor pribadinya. FIGC yang menilai langkah Coliina dapat menimbulkan konflik kepentingan. Hal itu membuat FIGC melarang Collina memimpin semua laga Serie A.

Karena merasa tidak dipercaya, Collina akhirnya memutuskan untuk gantung peluit alias pensiun pada tahun tersebut. 

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut