6 Bulan di Luar Angkasa, Benih-Benih Salad Tumbuh Lebih Lambat Dibanding di Bumi
Mayor Peake mewakili Badan Antariksa Eropa (ESA) yang mengkonfirmasi radiasi adalah penyebab paling mungkin untuk benih luar angkasa, yang disegel dalam kantong kertas, tumbuh kurang efektif.
“Radiasi adalah risiko terbesar untuk benih dorma yang disimpan dalam waktu yang lama di lingkungan luar angkasa karena sinar kosmik sangat energik. Saat mereka berdampak pada ISS ada efek mandi dan mereka memecah lebih jauh dan menjadi lebih energik. Nuclei dan beberapa proton dapat menembus ISS dan berinteraksi dengan bahan biologis apa pun di atas kapal. Mereka melewati benih atau menyimpan energi di sana. Mereka dapat memecah lebih jauh setelah berada di dalam benih juga yang menyebabkan kerusakan yang lebih besar,” kata Jason Hatton, Head of Biology and Environmental monitoring di ESA.
Perkecambahan biji dinilai dari waktu ke waktu sebagai salah satu rupture of testa (lapisan benih) endosperma (jaringan di dalam biji), atau tonjolan yang terlihat dari radicle, embrio tanaman yang berkembang menjadi akar primer, serta menandakan akhir perkecambahan.
Dosis radiasi yang diserap di ISS adalah 100 kali lebih banyak dibanding permukaan Bumi dan memengaruhi transkriptome benih, fisiologi perkecambahan, dan sensitivitas penuaan. Namun, paparan radiasi selama misi ke Mars akan setidaknya lima kali lebih besar dari ISS dan menjaga kualitas benih yang tidak aktif selama penerbangan luar angkasa.
“Sementara kita harus mempertimbangkan dengan hati-hati melindungi benih dari faktor-faktor yang berpotensi berbahaya termasuk radiasi luar angkasa dan getaran mekanis, benih itu tetap hidup, serta prospek makan salad yang ditanam sendiri di Mars mungkin satu langkah lebih dekat,” ujar Chandler.
Lebih dari 8.600 sekolah dan kelompok di Inggris yang terdiri atas 600.000 anak muda terlibat dengan proyek untuk menabur benih roket. Mereka diberi misi untuk menumbuhkan benih begitu sampai bersama paket benih hampir sama yang tersisa di Bumi.
“Ketika manusia melakukan perjalanan ke Mars, mereka perlu menemukan cara untuk memberi makan diri mereka sendiri, dan penelitian ini membantu kita memahami beberapa biologi penyimpanan dan perkecambahan benih yang akan sangat penting untuk misi luar angkasa di masa depan,” ujarnya.
Editor: Dini Listiyani