CALIFORNIA, iNews.id - Kecerdasan buatan atau dikenal AI rupanya dapat membantu dalam pencarian kehidupan di planet asing. Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk mendeteksi astronot terdekat.
AI bisa digunakan di berbagai sektor kehidupan, termasuk antariksa. NASA berniat menggunakan AI, teknologi seperti machine learning untuk menafsirkan data yang akan dikumpulkan oleh teleskop masa depan James Webb Space Telescope atau misi Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS).
"Teknologi ini sangat penting, terutama untuk kumpulan data besar dan khususnya di bidang exoplanets. Karena data yang kita dapatkan dari pengamatan di masa depan akan jarang dan noisy, maka akan sangat sulit untuk dipahami. Jadi, menggunakan alat semacam ini memiliki banyak potensi untuk membantu kita," kata astrobiologist NASA's Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland Giada Arney yang dikutip dari Space, Kamis (19/12/2019).
NASA telah bermitra dengan perusahaan seperti Intel, IBM, dan Google untuk mengembangkan teknik machine learning canggih. Setiap musim panas, NASA juga menyatukan para inovator teknologi dan luar angkasa untuk program delapan minggu yang disebut Frontier Development Lab (FDL).
"FDL terasa seperti beberapa musisi yang sangat baik dengan instrumen yang berbeda berkumpul untuk jam session di garasi, menemukan sesuatu yang sangat keren, dan berkata 'Hei kita punya band di sini,'" kata NASA Goddard astrobiologist Domagal-Goldman.
Pada 2018, Domagal-Goldman dan Arney membimbing tim FDL yang mengembangkan teknik machine learning menggunakan jaringan saraf seperti otak manusia. Jarigan saraf digunakan untuk menganalisis gambar dan mengidentifikasi kimia exoplanet berdasarkan panjang gelombang cahaya yang dipancarkan atau diserap oleh molekul di atmosfer mereka.
Teknis tersebut memproses informasi yang mirip dengan bagaimana neuron atau sel-sel saraf di otak terhubung dengan neuron lain untuk memproses dan mengirimkan informasi. Dengan menggunakan teknik jaringan saraf, para peneliti dapat mengidentifikasi kelimpahan berbagai molekul di atmosfer sebuah exoplanet yang disebut WASP-12b lebih akurat dibanding metode konvensional.
Selain itu, teknik jaringan saraf dapat mengidentifikasi saat tidak ada data yang cukup. Teknik jaringan saraf memang masih dalam pengembangan, tapi suatu hari nanti dapat digunakan untuk mempelajari data yang dikumpulkan oleh teleskop masa depan.
Pada gilirannya, dapat membantu mempersempit kandidat exoplanet yang perlu studi lebih lanjut. Teknologi FDL lainnya juga telah dimanfaatkan dengan baik.
Misalnya, tim 2017 mengembangkan program machine learning yang dapat membantu model asteroid 3D, termasuk ukuran, bentuk, dan laju putarannya, hanya dalam waktu empat hari. Jenis program ini sangat penting untuk mendeteksi dan membelokkan asteroid yang berpotensi mengancam dari Bumi.
NASA mengumpulkan sekitar 2 gigabytes data setiap 15 detik dari armada pesawat luar angkasa. Namun, NASA hanya menganalisis sebagian kecil dari data itu karena orang, waktu, dan sumber daya yang terbatas.
Terlepas dari itu, para peneliti menyarankan untuk membangun AI ke pesawat luar angkasa. AI akan memungkinkan pesawat luar angkasa untuk membuat keputusan sains real-time dan menghemat waktu yang seharusnya diperlukan guna berkomunikasi dengan para ilmuwan yang ada di Bumi.
"Metode AI akan membantu kita membebaskan daya pemrosesan dari otak kita sendiri dengan melakukan banyak kerja keras awal pada tugas-tugas sulit. Tapi, metode ini tidak akan menggantikan manusia dalam waktu dekat karena kita masih perlu memeriksa hasilnya," ujar Arney.
Editor : Dini Listiyani
Follow Berita iNews di Google News