Geliat Ekonomi Pertambangan dan Batu Perhiasan di Kalimantan Selatan

Nah selepas Sebambam hari mulai gelap dan magrib datang menyapa dengan lantunan azan dari masjid sepanjang jalan. Dan saya baru menyadari, spa dan salon ini rupanya menjadi tempat mangkal wanita-wanita berbusana seronok dan mulai menggeliat saat malam datang. Hmmm….
Sekitar pukul 19 malam, kami mulai menyusuri pantai Pagatan. Kawasan industri tambang sudah berakhir, dan kami memasuki jalur wisata. Jalanan menghadap langsung ke laut, namun karena sudah mulai gelap kami tak sempat lagi menikmati pemandangan. Di warung sea food Mama, kami janjian untuk bertemu dengan rombongan yang terpisah.

Ikan bakar menjadi menu malam ini, lengkap dengan angin laut dan langit yang luar biasa bertabur bintang. Bagaikan planetarium, saya menyempatkan diri menatap ke langit melihat kelap kelip bintang, pemandangan yang jarang bisa dilihat di langit Jakarta yang penuh polusi. Bersyukur Allah memberi kesempatan kami untuk mengagumi kebesaran dan keagungan-Nya.
Seperti biasa, etape terakhir malam ini menuju kota Batu Licin, menjadi perjalanan berat karena kantuk dan lelah datang menyerang. Sembilan motor ini berjalan mengikuti komando road captain, yang kadang ngebut dan kadang merayap perlahan. Ketika melihat kelap kelip lampu, pom bensin, bahkan kantor polisi bertuliskan Batu Licin, girang rasanya. Tinggal mencari hotel yang sudah di pesan sebelumnya. Alhamdulillah, Hotel Ebony, satu-satunya hotel berbintang di kota ini bisa mudah di temukan. Malam ini kami sigap memarkir motor dan masuk ke lobi hotel, pukul 21.00 Wita.
*Penulis
Hidra Simon
BMWMC Jakarta
Editor: Zen Teguh