Kampung Unik di Gunungkidul, di Desa Terpencil Ini Hanya Boleh Dihuni 7 Keluarga, seperti Ini Suasananya!
Sejarah berdirinya kampung Pitu ini diawali dengan desa bernama Kampung Tlaga. Karena hanya dihuni oleh tujuh kepala keluarga, kemudian disebut dengan Kampung Pitu. Warga desa yang menghuni kampung tersebut tidak tahu secara pasti kapan mereka tinggal di tempat tersebut, namun mereka mengatakan, secara turun temurun, sudah ada sejak zaman para Wali.
Konon, kala itu pihak Keraton Yogyakarta membuat sayembara bagi siapapun yang bisa mengambil pusaka yang menempel pada pohon Kinah, di puncak Gunung Nglanggeran akan diberikan imbalan berupa tanah yang cukup bagi anak serta keturunannya.
Dari banyaknya orang yang mengikuti sayembara tersebut, seseorang bernama Eyang Iro Kromo lah yang berhasil mengambil pusaka tersebut. Dari Eyang Iro Kromo dan temannya yang berjumlah tujuh orang, kemudian menetap dan tinggal di situ. Mereka membuat tiga kesepakatan, salah satunya adalah kepala keluarga yang boleh tinggal di kawasan tersebut hanya berjumlah tujuh kepala keluarga. Kalaupun ada lebih dari tujuh kepala keluarga, maka keluarga tersebut harus menginduk pada tujuh kepala keluarga yang ada.
Warga Kampung Pitu percaya apabila adat tersebut dilanggar, akan terjadi musibah yang menimpa orang yang melanggar aturan tersebut. Seperti menjadi sering sakit-sakitan, terjadi hal-hal gaib yang mengganggu orang tersebut selama hidup, bahkan sampai meninggal dunia.
Selain itu, masyarakat Kampung Pitu masih kental dan mempertahankan nilai-nilai hidup. Mereka masih sangat arif dan bijaksana dalam menjaga kepercayaan terhadap tradisi leluhurnya.
Adapun nilai-nilai hidup yang masih dipertahankan oleh masyarakat Kampung Pitu antara lain tingalan (ulang tahun) yang hanya diperuntukkan kepada seorang lansia atau yang dianggap sesepuh. Selain itu ada juga Tayub atau ledek, merupakan tarian warisan budaya yang masih dilestarikan keberadaannya.
Kemudian, ada rasulan, acara yang sering dikaitkan dengan ucapan rasa syukur, sering dihubungkan dengan hasil panen padi yang diperoleh warga masyarakat Kampung Pitu.
Editor: Vien Dimyati