Membelah Hutan, Menuju Pangkalan Bun
Puas berfoto, bahkan duduk-duduk di jalanan, kami menyempatkan diri hening dengan mematikan motor dan tak bercakap-cakap. Hanya mendengarkan suara sepi hutan Kalimantan ditingkahi suara burung dan entah binatang apa dari dalam hutan. Seekor babi hutan bahkan ikut muncul dari balik semak-semak, seakan ingin memeriksa keramaian yang muncul di sekitar sarangnya.
Lamandau menjadi perhentian kami selanjutnya untuk makan siang setelah melalui perbatasan di kawasan Menara. Ikan bakar dan ikan goreng menjadi menu siang ini. Selanjutnya, hutan sawit mulai menggantikan hutan kayu yang sebelumnya terasa teduh.
Kalimantan memang udaranya bersih. Di siang terik ini kami bisa melihat mendung di kejauhan dengan cepat mendekat. Dari kejauhan kami bisa melihat hujan sudah turun deras sekitar 5 km dari lokasi kami, memaksa tim berganti jaket dengan mengenakan jas hujan. Jalan yang tadinya mulus juga mulai rusak, lengkap dengan batuan kerikil.
Kami melaju perlahan sebelum akhirnya diterpa hujan yang luar biasa derasnya. Rasanya, jas hujan yang penulis kenakan dan biasanya sangat bisa diandalkan menahan air, kali ini tembus akibat saking derasnya hujan.

Di BMWMC, hujan bukan saatnya berteduh, melainkan justru mencari suasana riding berbeda di tengah hujan deras. Berkendara menembus hujan deras di kawasan hutan tropis Kalimantan menjadi pengalaman tersendiri. Air hujan tak banyak menggenang lantaran terserap cepat, namun curahan airnya sangat kencang.