Mengenal Upacara Bebuang, Tradisi Komunitas Bugis di Balikpapan
Seperti namanya, upacara bebuang berarti “membuang” berbagai persembahan ke laut untuk menghormati nenek moyang buaya. Dalam upacara ini, keluarga akan mengenakan pakaian adat dan menuju ke area pantai. Mereka membawa nampan batang dan daun pisang yang dibentuk mirip kapal dan berisi sesaji. Isinya antara lain ketan putih, kuning, dan hitam, ayam putih, telur, rokok, lilin, sejumlah uang, serta buaya kecil dari tepung.
Setelah membaca doa, keluarga akan menghanyutkan sesaji tersebut. Setelah mereka pergi, akan ada orang yang berenang menghampiri sesaji dan mengambil uang, pisang, ayam putih, serta telurnya. Sisanya dibiarkan hanyut ke tengah laut.
Kapan Upacara Bebuang Dilakukan?
Tidak ada hari khusus dalam setahun untuk melakukan ritual bebuang. Masyarakat Bugis biasanya melakukannya untuk menyambut peristiwa penting, seperti kehamilan, pernikahan, dan persalinan. Mereka percaya bahwa menolak melakukan ritual tersebut akan berakibat kemalangan karena tidak adanya rasa hormat terhadap nenek moyang.
Masyarakat Bugis di Balikpapan terkadang terlihat melakukan ritual ini di daerah pantai populer, seperti Pantai Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat), Pantai Manggar, dan Pantai Lamaru. Mereka mudah terlihat karena mengenakan pakaian adat sambil memanggul “perahu” pisang besar. Jika Anda beruntung melihat mereka, silakan mendekat untuk mengambil foto.
Pengunjung pantai yang ingin melihat tradisi bebuang dari dekat harus mengikuti beberapa aturan tidak tertulis. Pastikan meminta izin dengan sopan kepada orang-orang yang melakukan ritual, karena acara ini seringkali merupakan ajang keluarga. Tanyakan objek serta bagian upacara yang boleh difoto. Tunggu setelah upacara selesai sebelum bertanya, tetapi jangan tersinggung jika pihak keluarga memilih tidak menjawab.