Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Keras! Ini Ancaman Uni Emirat Arab jika Israel Caplok Tepi Barat dari Palestina
Advertisement . Scroll to see content

Mengunjungi Al Shindagha Museum, Melihat Dubai Masa Lalu yang Bergantung pada Mutiara Jadi Kota Modern

Selasa, 29 April 2025 - 09:24:00 WIB
Mengunjungi Al Shindagha Museum, Melihat Dubai Masa Lalu yang Bergantung pada Mutiara Jadi Kota Modern
Salah satu paviliun di Al Shindagha Museum, Dubai, Uni Emirat Arab, yang dikunjungi iNews.id, Senin (21/4/2025). Pengunjung bisa melihat perkembangan Dubai dari dulunya hanya desa nelayan menjadi kota modern.(iNews.id/Maria Christina Malau)
Advertisement . Scroll to see content

Culture of The Sea Pavilion

Di Culture of The Sea Pavilion, pengalaman terasa begitu personal. Saat melangkah memasuki rumah, sesekali terdengar suara lantai dari kayu tua yang berderit, juga suara ombak dan angin dari audio imersif.

Kacamata VR (virtual reality) membawa kami masuk menatap langsung kerasnya kehidupan penyelam mutiara. Saya melihat penyelam menjepit hidung, lalu menyelam hingga ke dasar teluk dengan perlengkapan seadanya, demi menemukan mutiara untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarga.

Para pengunjung bisa menyaksikan bagaimana perubahan Dubai dari masa ke masa di Al Shindagha Museum. (iNews.id/Maria Christina Malau)
Para pengunjung bisa menyaksikan bagaimana perubahan Dubai dari masa ke masa di Al Shindagha Museum. (iNews.id/Maria Christina Malau)

Pria itu mengumpulkan satu per satu kerang dan memasukkan ke dalam keranjang. Saya pun seakan ikut menyelam dan bisa mengumpulkan kerang-kerang berisi mutiara-mutiara itu. 

Begitulah Dubai di masa lalu. Mutiara menjadi urat nadi perekonomian sebelum minyak dan gas ditemukan. Kini sumber pendapatan Dubai sangat beragam, termasuk pariwisata, real estate, perdagangan, jasa keuangan, penerbangan, dan manufaktur. 

Salah satu instalasi di Al Shindagha Museum yang menunjukkan Dubai masa lalu sebagai desa nelayan yang mengandalkan mutiara dan ikan sebagai sumber penghidupan. (iNews.id/Maria Christina Malau)
Salah satu instalasi di Al Shindagha Museum yang menunjukkan Dubai masa lalu sebagai desa nelayan yang mengandalkan mutiara dan ikan sebagai sumber penghidupan. (iNews.id/Maria Christina Malau)

Namun, Dubai harus melewati masa-masa berat. Setelah Jepang memproduksi mutiara budidaya pada tahun 1930, perdagangan mutiara di Dubai mulai menurun. Ekonomi memburuk. 

Pada 1937, perjanjian minyak pertama ditandatangani dengan Inggris untuk mencari minyak di Dubai di darat. Tiga puluh tahun kemudian, ladang minyak ditemukan di lepas pantai Dubai pada 1966. Hasilnya, pendapatan meningkat dan proyek-proyek infrastruktur besar dimulai. Era baru dimulai. Singkat cerita, Dubai berkembang pesat menjadi kota modern seperti saat ini.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut