Menyusuri Trans Kalimantan, Antara Rimba Raya dan Adat Budaya
Tujuan berikutnya Borneo Orangutan Survival di Nyaru Menteng, yang berjarak sekitar 30 km dari pusat kota Palangkaraya. Hanya setengah jam berkendara kami sudah sampai di tujuan dengan dipandu 2 motor Kawasaki Ninja dari KNI. Tepat pukul 15.00. Suasana sepi di area yang sangat teduh karena pepohonan lumayan rapat. Terasa sudah masuk hutan.
Portal sudah ditutup saat kami datang, tapi masih diizinkan masuk sebentar untuk melihat-lihat. Oh ya, di sini dilarang merokok, apalagi bising dan tertawa-tawa dengan suara keras. Motor pun diminta parkir di luar dan mesin dimatikan. Tempat ini didirikan khusus untuk menyediakan perawatan dan rehabilitasi bagi orangutan yang terusir dari habitatnya atau anak orangutan peliharaan yang terpisah dari induknya karena ulah manusia.
Menuju Danau Tahai.
Di tempat ini ada sekolah khusus orangutan. Mereka bukan untuk dijinakkan justru diajarkan untuk liar. Diajari cara bertahan hidup di hutan, membangun sarang, memilih makanan. Bahkan, di tempat ini manusia mengajarkan orangutan cara memanjat. Tentu dengan membuat simulasi habitat yang mirip aslinya.
Niat untuk menyaksikan anak-anak orangutan pulang sekolah tidak kesampaian. Hari makin sore. Masih ada satu tempat lagi yang harus dituju, Museum Balanga. Museum yang terkenal paling luas di Indonesia, rapi dan bersih. Juga museum yang terkenal paling angker.
Dengan kecepatan normal, iring-iringan yang dipandu Aristant dan Bagus dari KNI dalam 30 menit bisa mencapai lokasi. Tapi iring-iringan kami agak lambat karena di Km 15 ada kecelakaan di depan mata. Avanza yang gagal menyalip nyelonong masuk parit dan tersangkut di pohon sawit. Sore itu lalu lintas memang agak padat.