Mengenal Ratu Boko di Yogyakarta, Istana Megah di Atas Bukit Paling Ditakuti pada Masanya
Sejarah Candi Ratu Boko
Ratu Boko terletak sekitar 3 km ke arah selatan dari Candi Prambanan. Kawasan Ratu Boko berlokasi di atas bukit dengan ketinggian 195.97 mdpl. Situs Ratu Boko sebenarnya bukan candi, melainkan reruntuhan kerajaan. Oleh karena itu, Candi Ratu Boko sering disebut juga Keraton Ratu Boko. Disebut Keraton Boko, karena menurut legenda situs tersebut merupakan istana Ratu Boko, ayah dari Lara Jonggrang.
Dikutip dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, berdasarkan sumber prasasti, kawasan ini pada masa lalu bernama Walaing. Prasasti tertua yang ditemukan pada 792 Masehi, berisi tentang peringatan pendirian Abhayagiriwihara oleh Rakai Panangkaran. Berdasarkan struktur bangunan dan prasasti-prasasti yang ditemukan, semula kompleks bangunan di Boko merupakan vihara untuk pendeta Buddha yang bernama Abhayagiri.
Temuan prasasti lainnya yaitu prasasti Ratu Boko A dan B (856 Masehi) dan C semua mengandung keterangan tentang pendirian lingga yaitu Lingga Krrtivasa, Lingga Tryambaka, dan Linggahara.
Pada 856 Masehi, Situs Ratu Boko difungsikan sebagai keraton oleh seorang penguasa beragama Hindu yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila unsur agama Hindu dan Buddha tampak pada kompleks bangunan ini. Unsur Hindu dapat ditunjukkan melalui yoni, tiga miniatur candi, arca Ganesha dan Durga, serta lempengan emas dan perak bertuliskan mantra agama Hindu. Sedangkan unsur Buddha terlihat dari adanya arca Buddha, reruntuhan stupa, dan stupika.
Legenda Raja Raksasa
Sejarah peninggalan zaman kerajaan selalu menarik untuk diketahui. Termasuk dengan legenda yang tersimpan. Ratu Boko juga memiliki legenda yang terkenal yaitu kisah raksasa pemakan manusia.
Sesuai dengan namanya, nama Ratu Boko pada candi ini diambil dari kisah legenda masyarakat di sekitar terkait Prabu Boko yang merupakan ayah dari Putri Roro Jonggrang. Dikisahkan, Prabu Boko adalah sosok raksasa pemakan manusia. Setiap hari para prajuritnya diutus untuk mencari manusia sebagai santapan. Jika prajurit gagal, maka gantinya dia yang akan dilahap oleh Prabu Boko.
Teror tersebut membuat banyak penduduk yang merasa sangat ketakutan dan mencari perlindungan ke kerajaan tetangga yang penguasanya murah hati. Raja mengutus putranya yaitu Bandung Bondowoso untuk membunuh Prabu Boko yang kejam. Akhirnya Prabu Boko kalah di tangan Bandung Bondowoso.
Kematian Prabu Boko membawa kedamaian bagi rakyatnya. Tak disangka, Bandung Bondowoso justru jatuh cinta dengan putri sang raksasa yang dia bunuh, Roro Jonggrang. Saat melamar, Roro Jonggrang tak berani menolak, oleh karena itu diajukan syarat yang tidak mungkin dapat dipenuhi, yaitu meminta Bandung Bondowoso membangun 1.000 candi dalam semalam.