Banyak Makan Jeroan dan Daging Merah Berlemak Bisa Sebabkan Dislipidemia, Apa Itu?
JAKARTA, iNews.id - Ada berbagai macam penyakit atau kondisi tubuh yang dapat menyebabkan jantung dan stroke. Salah satunya yang masih dianggap sebelah mata adalah dislipidemia.
Untuk menghindari berbagai penyakit ini, disarankan bagi masyarakat menjaga pola makan. Terutama mengonsumsi makanan yang dapat membakar lemak.
Nama dislipidemia ini memang kurang dikenal luas oleh masyarakat. Dislipidemia merupakan kondisi di mana kadar lemak dalam darah meningkat. Hal ini berisiko menyebabkan penyakit jantung dan stroke
Gejala Dislipidemia ini sering sekali dirasakan oleh masyarakat. Bila Anda seseorang dari keluarga atau yang secara langsung dengan periodik berulang mengalami keluhan seperti merasa pusing, pegal pada tengkuk ataupun rasa kesemutan pada ujung tangan dan kaki, bisa jadi itulah gejala yang diakibatkan oleh dislipidemia.
Selain itu, gejala serangan jantung seperti nyeri dada yang diikuti dengan sesak napas dan keringat dingin, salah satu penyebabnya adalah dislipidemia.
Dokter Siloam Hospitals Jantung Diagram, Muhammad Ramadhan mengatakan, dislipidemia adalah kandungan kadar lemak jahat (LDL) dalam darah yang terlalu tinggi atau kadar lemak baik (HDL) yang terlalu rendah.
"Kadar lemak dalam darah merupakan kandungan lemak yang umumnya terdiri dari trigliserida, kolesterol, low-density lipoproteins (LDL) dan high-density lipoproteins (HDL). Meskipun keadaan lemak yang baik dicapai dengan diet lemak yang cukup, beberapa orang memerlukan penanganan khusus dan obat-obatan untuk mengatasi keadaan tersebut," kata dr Muhammad Ramadhan, melalui keterangan tertulisnya dikutip Rabu (2/6/2021).
Menurut dr Muhammad, penyebab dislipidemia bisa disebabkan karena gangguan metabolisme, namun yang kerap terjadi umumnya disebabkan karena konsumsi makanan tinggi lemak yang berlebih sehingga menimbulkan obesitas yang disertai dengan kurangnya aktivitas fisik.
Dia mengingatkan, mengacuhkan gejala Dislipidemia akan berdampak jangka panjang, yaitu penyumbatan pembuluh darah. Contoh bila kadar kolesterol tetap tinggi maka plak akan semakin bertambah sehingga pembuluh darah semakin sempit dan mudah tersumbat, bila sumbatan terjadi di pembuluh darah koroner maka akan menyebabkan serangan jantung dan bila terjadi di pembuluh darah otak maka akan menyebabkan stroke.
"Makanan yang harus dihindari dari produk hewani terutama jeroan, otak, kuning telur, daging merah yang berlemak. Sebaiknya konsumsi ikan segar sebagai antioksidan 2-3 kali perminggu," katanya.
Selain itu, menurutnya, kurangi karbohidrat murni seperti gula dan madu serta makan makanan manis (kecap, dendeng, abon, cokelat). Tingkatkan konsumsi serat khususnya sayuran dan buah seperti labu, terong, oyong, melon, semangka, belimbing.
"Atur menu makanan dengan sedikit minyak dan sedikit santan serta sebaiknya sukai cara memasak dengan metode merebus, menumis, menanak ataupun mengukus," ujarnya.
Dia menjelaskan, penelitian menyatakan, dengan menurunkan berat badan melalui latihan jasmani atau olahraga mampu menurunkan kolesterol jahat (LDL), Trigliserid, serta menaikkan kolesterol baik (HDL).
"Sebelum melakukan olahraga, pastikan sudah melakukan pemanasan selama 5-10 menit. Sebaiknya melakukan olahraga jenis aerobik seperti jalan, joging/lari, bersepeda, berenang, ataupun senam selama 45-60 menit tiap sesi latihan. Setelah itu lakukan 5-10 menit pendinginan. Frekuensi latihan tersebut bisa dilakukan 2-3 kali per minggu," kata dia
Dr Muhammad Ramadhan mengatakan, secara umum dislipidemia dibagi menjadi dua, yaitu dislipidemia primer dan sekunder. Dislipidemia primer disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan dari keluarga. Sedangkan dislipidemia sekunder disebabkan oleh gaya hidup dan kondisi medis yang memengaruhi kadar lemak dalam darah.
Salah satu penyebabnya adalah obesitas, terutama obesitas sentral dengan penumpukan lemak di sekitar perut. Kemudian, diabetes, hipotiroidisme, kondisi di mana produksi hormon tiroid di bawah normal.
Selain itu ada alkoholisme, akibat penggunaan alkohol berlebihan. Sindrom metabolik, kumpulan gejala berkaitan dengan metabolisme tubuh.
"Ada juga Konsumsi lemak berlebih, terutama lemak jenuh dan lemak trans.
Sindrom cushing, kumpulan gejala akibat tingginya hormon kortikotropin dalam darah. Infeksi berat, seperti pada pengidap HIV. Aneurisma aorta abdominal, kelainan pada pembuluh darah aorta di perut," kata dia.
Menurutnya, sebagian besar dislipidemia tidak memunculkan gejala yang berarti. Dislipidemia biasanya diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah dan kondisi lainnya. Dislipidemia yang berat menimbulkan komplikasi yang serius mengarah kepada penyakit jantung koroner dan stroke.
Lalu, bagi calon pasien dengan tanpa gejala bagaimana dan kapan harus memeriksakan diri ke dokter?
"Nah, ada rekomendasi yang pada populasi sehat, pada umumnya laki-laki pada umur di atas 40 tahun dan perempuan di atas umur 55 tahun tentu harus segera memeriksakan kadar kolesterolnya. Tujuannya untuk mencegah komplikasi lain, karena tidak ada gejala padahal dia bisa saja mengalami dislipidemia," tuturnya.
Dia menambahkan, terdapat sejumlah hal yang perlu diwaspadai untuk mencegah komplikasi dari dislipidemia, yaitu hindari jika kolesterol total >200, Trigliserid >200, Kolesterol LDL (Kolesterol jahat) >150, Kolesterol HDL (Kolesterol baik) <40.
Untuk setiap pemeriksaan kolesterol harus dilakukan pada saat pasien melakukan puasa lebih kurang 8-10 jam. "Maka sangat dianjurkan agar bisa mengubah kebiasaan hidup, atur pola makan sehat, perbanyak beraktivitas fisik, dan hindari konsumsi rokok dan alkohol," ujarnya.
Editor: Vien Dimyati