Oleh karena itu, Bhima menilai, semestinya pengusaha jangan menakut-nakuti akan terjadi pengurangan tenaga kerja karena transisi ke revolusi industri 4.0. Melainkan pengusaha harus memberikan peluang di sektor apa yang akan tumbuh, misalnya big data, Artificial Intelijen, dan sebagainya.
"Di sektor robot misalnya dan juga di sektor pengembangan sumberdaya manusianya karena butuh high skill tenaga kerja itu kan ada re-skilling. Jadi akan memunculkan banyak dan itupun sudah di tunjukkan di berbagai studi," ungkap Bhima.
Dia memaparkan, di negara yang sudah lebih dulu melakukan industri 4.0 seperti Jerman, justru menciptakan surplus permintaan tenaga kerja. Jadi bukan kemudian pasokan tenaga kerjanya berkurang atau permintaannya berkurang namun justru terjadi kenaikan permintaan terutama di sektor industri manufaktur.
Maka dari itu, menurutnya, yang harus disiapkan sekarang adalah peluang apa saja yang terbuka dan bagaimana struktur pasar tenaga kerja Indonesia di mana 60 persen adalah lulusan SMP ke bawah.
"Itu yang perlu diperhatikan. Kemudian dilakukan percepatan agar keahlian mereka bisa masuk mengisi industri 4.0," tutur Bhima.