MOSKOW, iNews.id - Biaya hidup di Rusia melonjak menyusul invasi negara itu ke Ukraina. Berdasarkan data, harga beberapa bahan pokok rumah tangga, seperti gula telah melonjak 14 persen selama sepekan terakhir.
Diperkirakan inflasi di Rusia akan terus meningkat, di mana rubel telah turun tajam sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina. Rubel anjlok sekitar 22 persen tahun ini, dan hal itu telah mendorong naiknya biaya impor barang.
Data inflasi dirilis saat bursa saham Rusia kembali dibuka pada Kamis (24/3/2022) lalu setelah hampir sebulan ditutup, dengan mayoritas saham menguat pada sesi perdagangan yang bergejolak. Indeks acuan Moex berakhir naik 4,4 persen.
Pada Rabu (23/3/2022), Kementerian Ekonomi Rusia menyatakan inflasi tahunan telah melonjak 14,5 persen dalam pekan yang berakhir 18 Maret 2022. Inflasi tersebut merupakan tingkat tertinggi sejak akhir 2015.
Federal State Statistics Service menyatakan, harga gula naik sebesar 37,1 persen di wilayah tertentu dan meningkat rata-rata 14 persen. Gula, yang biasa digunakan untuk mengawetkan makanan atau membuat minuman keras mengalami kenaikan tertinggi dalam sepekan.
Sementara harga bawang adalah kenaikan terbesar kedua selama seminggu, yang melonjak 13,7 persen secara nasional dan 40,4 persen di beberapa daerah. Sedangkan popok lebih mahal 4,4 persen, harga teh hitam naik 4 persen dan kertas toilet melonjak 3 persen.
Managing Partner di SPI Asset Management Stephen Innes mengatakan, naiknya harga sejumlah barang karena rubel merosot tajam.
"Penyebab terbesar adalah inflasi impor. Apa pun yang diimpor Rusia secara eksponensial (lebih mahal) karena rubel yang lebih lemah," kata Innes, dikutip dari BBC, Minggu (27/3/2022).
Inggris, AS, dan Uni Eropa telah memutuskan sejumlah bank Rusia dari pasar keuangan di Barat. Mereka juga melarang transaksi dengan bank sentral Rusia, dana investasi milik negara, dan Kementerian Keuangan Rusia.