Jumlah dana murah atau biasa disebut CASA masih mendominasi portfolio setimbanan BRI dengan pertumbuhan 7,8 persen yoy. Pertumbuhan CASA ini tidak lepas dari aspirasi BRI untuk melakukan transformasi liabilitas yang berkelanjutan melalui penguatan basis pendanaan dengan fokus pada low-cost funding dari KASA yang lebih stabil dan berkelanjutan. Kita lihat dari sisi likuiditas dan permodalan.
Di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional sebagai dampak dari era suku bunga tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai di mana tercatat LDR Bank BRI pada akhir Maret 2024 sebesar 83,28%.
Dari sisi permodalan, BRI juga mampu menjaga rasio permodalan yang kuat ditunjukkan dengan nilai kar sebesar 23,97% dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, persoalan masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh lebih baik lagi.
Sementara itu, pendapatan berbasis komisi atau biasa disebut fee-based income tumbuh sebesar 6,92% yoy menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan laba BRI.
Salah satu penopang kinerja fee-based income BRI tersebut tidak lepas dari kontribusi super apps BRImo kita, di mana hingga akhir Maret 2024 tercatat BRImo BRI memiliki 33,35 juta user atau tumbuhnya sebesar 30,3% secara yoy. Dalam tiga bulan, BRImo berhasil memproses 969 juta transaksi finansial dengan volume transaksi mencapai Rp1.251 triliun atau tumbuh 41,8% yoy.