Saat melakukan riset pasar, Cezar dan Johnson mengetahui orang kulit hitam Amerika kurang terwakili dalam industri kopi, baik sebagai pelanggan maupun pengusaha. Menurut penelitian National Coffee Association pada 2019, orang Afrika-Amerika di AS adalah kelompok etnis yang paling kecil minum kopi secara teratur.
Cezar juga mengaitkan kelangkaan pengusaha kulit hitam di bidang ini dengan kurangnya informasi dan sumber daya, termasuk pendanaan.
"Sangat sedikit perusahaan kopi milik orang kulit hitam yang didistribusikan secara nasional," ujarnya.
Mereka pun mulai menjual kopinya ke kedai kopi dan toko retail independen di Midwest. Mereka mengandalkan media sosial untuk pemasaran dan menghabiskan tabungan sekitar 22.000 dolar AS untuk membuat situs web dan menghadiri pameran dagang industri demi mengenalkan produk mereka.
Terobosan besar terjadi pada tahun lalu. Pada Januari 2020, produk BLK & Bold dijual di 200 toko Target di seluruh AS. Mereka juga bermitra dengan Whole Foods dan retail lain untuk menjual produk kopi dan teh di ribuan toko pada akhir tahun lalu.
Saat pandemi Covid-19 melanda, penjualan online meningkat, terutama di Amazon, tempat BLK & Bold tampil sebagai bagian dari Black Business Accelerator raksasa e-commerce musim panas lalu. Dan ketika konsumen di seluruh Amerika berbondong-bondong mendukung bisnis milik orang kulit hitam setelah pembunuhan George Floyd, BLK & Bold mendapat dukungan finansial.
"Itu adalah masalah konsumen yang membuat pilihan yang sangat sadar untuk memastikan bahwa uang mereka mengalir tepat ke tempat yang mereka inginkan," ucap Cezar.
BLK & Bold saat ini bersaing dengan merek kopi spesial lainnya seperti Blue Bottle, Stumptown dan La Colombe, dan raksasa kopi seperti Starbucks, Peet's, dan Dunkin'. Dengan kata lain, mempertahankan pertumbuhan menjadi jauh lebih sulit, terutama jika lonjakan pesanan online yang dipicu pandemi akhirnya memudar.
Cezar mengakui tantangan itu. Jika prioritas konsumen berubah, kata dia, BLK & Bold juga dapat berubah. Artinya, mereka harus menambahkan produk baru, termasuk beberapa opsi kopi botolan siap minum. Pada saat yang sama, dia berharap minat dan niat untuk memahami dan mendukung bisnis orang kulit hitam tidak berkurang.
"Saya berharap dinamika itu tidak hilang karena ini adalah masalah masyarakat yang lebih besar, lebih dari sekadar tantangan satu merek atau satu produk," katanya.