"Namun, terkadang air dianggap kurang berharga, artinya secara kualitas, kuantitas dan akses dianggap mudah didapatkan, padahal apabila dikelola dengan bijak dapat memberikan dampak yang sangat besar terkait operasional dan pertumbuhan bisnis," ucap Evan.
Menurutnya, situasi itu jelas mendesak para penggiat bisnis untuk memikir ulang cara mengelola sumber airnya. Berdasarkan studi Ecolab bertajuk Global Water Assessment Tracker yang dirilis pada 31 Maret 2023, masyarakat Indonesia memiliki kepedulian yang tinggi untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mewujudkan ekonomi yang lebih baik dengan menjaga pasokan air bersih serta meningkatkan akses terhadap air bersih.
Indonesia menjadi negara kedua tertinggi setelah Australia yang peduli terhadap isu air bersih, kekeringan, dan akses terhadap air bersih. Studi Ecolab mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan perilaku pembelian tertinggi atau 82 persen untuk mendukung praktik bisnis yang lebih berkesinambungan, disusul oleh Australia 49 persen dan Jepang 33 persen.
Evan mengatakan, perencanaan yang matang dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan diperlukan untuk menyelaraskan hubungan keberlanjutan air bersih dengan pembangunan.
"Tanpa pengelolaan air yang lebih baik, pertumbuhan penduduk, pembangunan ekonomi, dan perubahan iklim akan memperburuk kekurangan air," katanya.