G20 SOE Conference: Profesor Harvard Apresiasi BRI Tingkatkan Inklusi Keuangan di Indonesia 

Rizqa Leony Putri
Adjunct Lecturer Harvard Kenedy School, Professor Jay K Rosengard mengapresisasi kontribusi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam menciptakan inklusi keuangan dan menerapkan ESG di Indonesia. (Foto: dok BRI)

Komitmen BRI dalam sisi pembiayaan juga ditunjang oleh implementasi ESG yang unggul, sehingga BRI dapat terus tumbuh berkelanjutan untuk menumbuhkembangkan UMKM.  

“BRI merupakan contoh dari suksesnya green revolution. BRI juga dapat saya katakan sebagai World's biggest & most successful profitable microbanking. It’s a great untold story. BRI dapat menjalankan bisnisnya sebagai commercial bank dengan membukukan laba Rp24,88 triliun dalam enam bulan pertama pada 2022 dan sebagian di antaranya dikontribusikan kepada pemerintah melalui dividen serta pajak. BRI juga mampu menghadirkan social development impact ke masyarakat dengan jangkauannya yang luas,” ucap Jay.

Berbagai kebutuhan layanan finansial nasabah dapat terpenuhi melalui sederet inovasi yang dilahirkan BRI, di antaranya adalah AgenBRILink yang merupakan branchless banking untuk hadirkan layanan yang dekat, cepat, dan lengkap kepada seluruh masyarakat.

AgenBRILink telah menjangkau lebih dari tiga per empat atau 77 persen desa di Indonesia. Adapun hingga akhir September 2022, jumlah AgenBRILink telah mencapai 597.177 agen dengan jangkauan hingga 58.095 desa.

Senada, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo juga mengungkapkan peranan BRI dalam meningkatkan inklusi keuangan tidak hanya melalui agen laku pandai namun juga melalui Holding Ultra Mikro. “Keberadaan laku pandai telah mampu mendorong tingkat inklusi hingga 83-84 persen dan kami yakin dengan digitalisasi akan meningkat menjadi lebih dari 90 persen," ucapnya.

Kartika menjelaskan bahwa terkait akses terhadap keuangan pihaknya menyadari bahwa banyak masyarakat di Indonesia yang tidak hanya berada di segmen mikro tetapi juga di segmen ultra mikro. Potensi ultra mikro di Indonesia ada sekitar 55 juta nasabah ultra mikro, dan ada sekitar 30 juta nasabah yang belum tersentuh oleh lembaga keuangan formal.

“Mereka punya account atau memiliki model pembiayaan lain, tapi tidak dapat mengakses lembaga keuangan formal. Jadi kita bisa kategorikan nasabah ultra mikro ke dalam kategori unbankable dan unfeasible, ada juga feasible tetapi unbankable karena tidak memiliki collateral, dan nasabah yang sudah naik kelas. Kita melihat tahapan mereka untuk naik kelas ini sebagai proses, yang kita dorong mereka untuk naik kelas dari satu jenjang ke jenjang berikutnya, sehingga mereka bisa masuk dan mengakses kredit segmen komersial," tuturnya.

“Sekarang bagaimana kita dapat menjangkau masyarakat yang unbanked? Kita telah mengintegrasikan tiga entitas yakni BRI, Pegadaian dan PNM ke dalam holding ultra mikro. Sekarang kita berinovasi dengan menghadirkan co-location SENYUM dimana nasabah bisa mendapatkan berbagai layanan dan produk pembiayaan di dalam satu kantor. Ini yang kita dorong ke depannya, sehingga holding ultramikro dapat melayani masyarakat yang lebih luas kedepannya," kata Kartika.

Editor : Rizqa Leony Putri
Artikel Terkait
Bisnis
1 jam lalu

Guru Ini Dirikan AgenBRILink di Pedalaman Papua, Dorong Inklusi dan Literasi Keuangan bagi Masyarakat

Keuangan
4 hari lalu

BRI Gelar Apresiasi Desa BRILiaN, Wujudkan Asta Cita melalui Pemberdayaan Desa sebagai Sumber Pertumbuhan Ekonomi 

Nasional
20 hari lalu

Mensesneg Ungkap Nasib Kartika Wirjoatmodjo usai Tak Jabat Wamen BUMN

Nasional
1 bulan lalu

Profil Dony Oskaria yang Ditunjuk Jadi Plt Menteri BUMN 

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal