Dia mengungkapkan, anak muda identik dengan pekerjaan berbasis teknologi, startup, bankir, hingga telekomunikasi. Hal itu sejalan dengan industri pertambangan yang diarahkan pada kerangka digitalisasi.
Saat ini, lanjut Ogi, pertambangan sudah jauh berbeda, majunya teknologi dan persaingan global menuntut perusahaan lebih terampil dalam membuat nilai tambah.
"Dunia pertambangan hari ini sangat berbeda dengan 10 tahun 20 tahun silam. Sekarang bekerja di dunia pertambangan bukan hanya sekedar menggali namun juga banyak tantangan transformasi digital dan bisnis yang lebih menarik," kata Ogi.
Dia menjelaskan, pemerintah terus mendorong hilirisasi digital. Hilirisasi dan transformasi teknologi bisa memberikan nilai tambah bagi negara
Merujuk GDP, angka kontribusi hasil galian tambang hanya berkisar di angka 7-8 persen saja. Padahal, Indonesia bisa melakukan prosesing minimal barang setengah jadi atau sampai pada end user, maka nilainya bisa naik 4-5 kali lipat.
Di sisi lain, untuk membuat harga jual produksi bisa bersaing di pasar global, maka perlu efisiensi dan efektivitas operasional. "Ini sangat erat kaitannya dengan digitalisasi. Disatu sisi kita melakukan hilirisasi, namun dengan digitalisasi maka proses tersebut bisa lebih efisien dan efektif," tutur Ogi.
Dia menambahkan, perekrutan peserta XPLORER telah berlangsung sejak 21 Juli 2021 dan akan berakhir hari ini, Jumat (20/8/2021).