IATA memprediksi pendapatan maskapai global akan hilang lebih besar lagi jika dampak virus korona terus meluas. Revisi proyeksi itu terutama mengasumsikan virus tersebut sebagian besar terkonsentrasi di China.
Berdasarkan pengalaman wabah virus SARS pada 2003 lalu, virus korona diprediksi akan menciptakan pola V tajam pada grafik permintaan perjalanan udara. Penurunan akan berlangsung sekitar enam bulan, namun setelah itu pulih dengan sangat cepat.
"Maskapai menghadapi situasi pengambilan keputusan yang sulit untuk memangkas kapasitas kursi, dan dalam beberapa kasus mengurangi rute. Upaya menurunkan biaya bahan bakar bisa menjadi strategi untuk mengompensasi kehilangan pendapatan. Ini akan menjadi tahun yang sangat berat bagi maskapai," kata de Juniac.