Lebih lanjut, Dwi menjelaskan bahwa biaya sewa lahan tersebut juga masuk dalam ongkos produksi yang terbesar setelah tenaga kerja. Hal itu yang masih cukup membebani para petani di Indonesia.
"Vietnam menjamin warganya mendapatkan lahan 1 hektare, kalau di Indonesia harus sewa dulur tani kita, dari sana kita sudah kelihatan, bagaimana kita bisa menghasilkan pangan dengan harga atau biaya yang relatif rendah," katanya.
Padahal, jika dibandingkan dari segi kualitas dan harga produksi, sebetulnya tidak berbeda antara Indonesia dan negara lain. Akan tetapi, yang membedakan adalah keberpihakan pemerintah dalam menyalurkan subsidi kepada petani.
"Jadi kalau efisiensi ya petani kita efisien, kalau petani luar, mereka mau tanam pun sudah mendapatkan subsidi, di Eropa subsidinya 250 euro per hektare, belum subsidi lainnya," ucapnya.