Pada kuartal I 2022, emiten dengan kode saham GIAA ini juga mencatatkan konsistensi pendapatan usaha di kisaran 350 juta dolar AS, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun raihan pendapatan usaha tersebut berasal dari segmen penerbangan berjadwal yang menjadi kontribusi terbesar dengan total mencapai 270,57 juta dolar AS, disusul penerbangan tidak berjadwal dan lainnya masing-masing sebesar 24,07 juta dolar AS, dan 55,50 juta dolar AS.
“Kami meyakini dengan strategi dan business plan yang terus didiskusikan secara intensif, mempertimbangkan kondisi aktivitas perjalanan masyarakat khususnya melalui transportasi udara yang semakin menunjukkan tren positif, serta beban kewajiban perusahaan yang turun signifikan melalui proses PKPU ini diharapkan dapat mendorong akselerasi pemulihan kinerja Perusahaan sekaligus mewujudkan maskapai Garuda Indonesia sebagai bisnis yang simple dan portabel,” kata Irfan.
Di lain sisi, Garuda Indonesia justru mengembalikan pesawat Bombardier CRJ-1000 secara bertahap. Pada fase awal dilakukan pengembalian dua pesawat kepada lessor asal Montreal, Kanada, Nordic Aviation Capital (NAC) dan Export Development Canada (EDC).
Tercatat, ada 18 pesawat Bombardier CRJ-1000 yang sebelumnya pernah dioperasikan emiten bersandi. Dua pesawat Bombardier CRJ-1000 yang dikembalikan dengan nomor registrasi PK-GRQ dan PK-GRN tersebut diberangkatkan pada pukul 09.00 WIB dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju MHIRJ Facility Service Centre, Tucson, Arizona, Amerika Serikat.
Irfan mengatakan tindak lanjut pengembangan armada tersebut merupakan kesepakatan negosiasi bersama Nordic Aviation Capital dan Export Development Canada.
Pengembalian armada, kata dia, merupakan bagian dari strategi restrukturisasi yang dijalankan Garuda Indonesia, setelah dirampungkannya putusan homologasi PKPU, termasuk intensifikasi rencana strategis perusahaan dalam percepatan pemulihan kinerja.