Kala itu, di tahun 2002, belum ada rumah makan yang mengibarkan ‘bendera sambal’, kebanyakan bisnis kuliner ketika itu mengangkat bakso, soto, dan ayam goreng sebagai menu utama. Yoyok menyebut, Waroeng SS menjalankan sendiri rantai bisnisnya, mulai dari membuat makanan termasuk sambal, sampai melayani langsung para pelanggan satu per satu.
Dia menyebut, saat ini Waroeng SS sudah menjadi industri baru. Posisi sambal saat ini juga bukan sekadar pelengkap, tetapi mahkota hidangan, karena mulai banyak orang tak bisa makan tanpa sambal.
Selain itu, nasi yang dihidangkan Waroeng SS terkenal enak, sehingga mereka mulai menjual beras versi Waroeng SS. Demikian juga dengan menu teh. Selama ini teh yang disajikan memiliki rasa yang khas, ternyata kerena teh yang dibuat merupakan campuran dari tiga teh berbeda.
Waroeng SS juga melakukan berbagai inovasi, salah satunya menurunkan porsi paket pesananan dengan mengeluarkan menu baru satu paket nasi bungkus lengkap dengan isi nasi, sambal, lauk, sayur, dan air mineral dengan harga Rp8.000. Selain itu, Waroeng SS tidak hanya menjual jamur goreng tepung, tetapi juga tepungnya.