Pada pertengahan 2020, industri olahraga profesional mulai pulih, diantaranya ditandai dengan penyiaran kembali liga sepakbola dunia di TV. Olimpiade Jepang diputuskan tetap akan digelar mulai tanggal 23 Juli 2021, demikian pula dengan Piala Eropa 2020 pada 11 Juni 2021.
Liga Profesional seperti NBA dan UEFA Champions League tetap menyelenggarakan musim dengan menerapkan konsep “bubble format” untuk membuat lingkungan pertandingan yang 100 persen aman dari Covid-19 yang diakui dan ditiru dunia.
Airlangga memaparkan, secara global, industri sporting goods atau perlengkapan olahraga juga tertekan selama pandemi Covid-19. Perusahaan pakaian olahraga mengalami penurunan pendapatan 29 persen pada semester I 2020 dibandingkan 2019, tetapi relatif lebih tangguh dibandingkan industri pakaian jadi lainnya yang turun 55 persen.
Sementara itu, pangsa penjualan online mengalami peningkatan selama pandemi. Aplikasi fitness online, alat olahraga individu seperti sepeda dan peralatan lari, serta e-sport mengalami peningkatan intensitas penggunaan yang signifikan.
"Melihat fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pergeseran pola konsumsi masyarakat ke arah digitalisasi yang menuntut penyesuaian model bisnis industri olahraga," tutur Airlangga.
Terkait dengan itu, Menko Perekonomian mendorong industri olahraga nasional untuk memanfaatkan perubahan dengan melakukan transformasi digital. Agar transformasi digital efektif, industri olahraga nasional dapat menerapkan lima aspek yang menjadi fokus Global Sport Innovation Center (GSIC).
Kelima aspek tersebut adalah Fan Engagement, Smart Venue, latihan secara mandiri dengan bimbingan pelatihan secara
virtual, Business insight dan produktifitas industri olahraga, dan E-Sport.
“Saya yakin bahwa kita semua memiliki semangat yang sama untuk memulihkan industri olahraga di tengah pandemi Covid-19. Industri olahraga perlu melakukan transformasi digital sebagai bentuk adaptasi terhadap dinamika yang terjadi akibat adanya akselerasi digitalisasi,” kata Airlangga.