Bahkan Uni Emirat Arab (UEA) selaku negara produsen minyak OPEC tertinggi ketiga, mengalami serangan drone dan misil yang mematikan dari pemberontak Yemeni Houthi di depot bahan bakar Mussafah, ADNOC dan bandara internasional UEA.
Di samping itu, Libya yang hanya memproduksikan minyak mentah pada kisaran 700 ribu barel per hari dari potensi produksi kurang lebih 1,2 juta barel per hari.
"Libya mengalami penurunan produksi minyak terendah dalam 14 bulan terakhir akibat blokade di lapangan minyak utama area barat dan disertai perbaikan pipa yang menghubungkan Lapangan Samrah dan Dahra ke terminal Es Sider (kapasitas 350 ribu barel per hari)," ungkap Agung.
Faktor lainnya adalah terjadinya ledakan pipa di Turki dengan kapasitas penyaluran sebesar 450 ribu barel per hari minyak dari Utara Irak ke Pelabuhan Ceyhan-Mediteranian sehingga memicu kekhawatiran pasar akan potensi gangguan pasokan minyak.
Terkait permintaan minyak dunia, berdasarkan Laporan IEA (International Energy Agency) bulan Januari 2022, terdapat peningkatan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia pada tahun 2021 dan 2022 sebesar 200 ribu barel per hari, menjadi 5,5 juta barel per hari pada 2021 dan 3,3 juta barel per hari pada 2022 yang dipicu oleh relaksasi pembatasan Covid.