"Komite penasehat OPEC+ melaporkan implikasi Omicron akan pertumbuhan permintaan dunia akan terbatas. Bahkan pihak Sekretaris Jendral OPEC menyampaikan permintaan minyak dunia akan kembali ke tingkat sebelum pandemik pada akhir tahun 2022," ungkap Agung.
Berdasarkan IEA, produksi minyak OPEC+ pada Desember 2021 lebih rendah 790 ribu barel per hari dari yang dijanjikan. Sementara, laporan Mingguan EIA (U.S. Energy Information Administration), terdapat penurunan stok Amerika Serikat pada akhir Januari 2022 dibandingkan akhir bulan sebelumnya, yaitu stok minyak mentah turun 1,7 juta barel menjadi 416,2 juta barel dan stok distillate turun 1,7 juta barel menjadi 125,2 juta barel.
Bahkan Joint Organization Data Initiative, stok minyak mentah Saudi Arabia turun 4,43 juta barel menjadi 132,38 juta barel pada bulan November 2021, rekor terendah setidaknya dalam 3 tahun terakhir. "Kenaikan harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh ICE Brent mengalami backwardation tertinggi dalam 8 tahun terakhir," tutur Agung.
Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh berdasarkan survei RIM, Crude Troughput Singapura pada akhir Januari 2022 mengalami peningkatan 1,4% dibandingkan akhir Desember 2021 menjadi 1,17 juta barel per hari atau 83,5% dari kapasitas nasional sebesar 1,39 juta barel per hari.
Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada Januari 2022 sebagai berikut: