Secara bertahap, sambung Nicke, pemerintah, kementerian, institusi pendidikan, dan semua elemen masyarakat bisa sama-sama menimba ilmu, karena ini adalah pekerjaan rumah kita bersama untuk mewujudkan NZE di 2060.
Dalam mewujudkan NZE 2060, lanjut Nicke, strategi Pertamina yang paling utama adalah bagaimana kita membangun atau memiliki sustainable energy. Sustainable artinya adalah semua material dan bahan bakunya dimiliki Indonesia, suplainya harus ada dan kemudian memiliki kemampuan untuk mengolahnya menjadi energi yang lebih baik.
“Dalam beberapa tahun terakhir, Pertamina sangat mendorong program biodiesel berbasis kelapa sawit. Indonesia salah satu negara penghasil kelapa sawit yang besar. Jadi kami meyakini bahwa biodiesel adalah satu salah satu sustainable energy yang memang sangat cocok untuk Indonesia,” kata Nicke.
Sekretaris Kementerian BUMN Rabin Indrajad Hattari mengatakan bahwa pemerintah mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Pertamina untuk mengembangkan biofuel generasi kedua dan ketiga.
“Contoh bagus di sini adalah sesuatu yang telah dikembangkan oleh Pertamina sejak 2021. Pertamina telah mengembangkan biofuel generasi kedua yang berasal dari ranting buah kosong. Penelitian ini dilakukan oleh Pertamina Subholding Refining and Petrochem PT Kilang Pertamina International dan telah berhasil, diharapkan dalam 2-3 tahun dapat dipasarkan,” ujar Rabin.
Pertamina, imbuh Rabin, juga telah mencari biofuel generasi ketiga yang lebih maju dengan menggunakan LNG. Ini adalah hal yang lebih maju dan akan memakan waktu lebih lama dan masih dalam pertimbangan, membutuhkan lebih banyak penelitian yang harus dilakukan.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.