Setelah mengetahui sejarah uang di Indonesia, pelajari juga kondisi ekonomi Indonesia saat itu, seperti di bawah ini:
1965-1991 Inflasi Besar-besaran
Indonesia alami inflasi besar di tahun ini sampai naik 27 persen, bertambah naik lagi sampai 174 persen, bahkan mencapai 600 persen pada tahun 1965. Inflasi yang terjadi mengakibatkan harga-harga naik dan beberapa nominal baru mata uang Rupiah ditambahi.
Kemudian di tahun 1970, setelah inflasi teratasi, uang logam dikenalkan, dimulai dari nominal Rp1 - Rp100.
Krisis Ekonomi 1992 – 1999
Pada masa ini Benua Asia mengalami krisis ekonomi yang berpengaruh pada pengurangan nilai rupiah sampai 80 persen. Rupiah mencapai titik paling rendah hingga menyentuh Rp. 16.800 per 1 dolar AS.
Uang pecahan Rp50.000 sempat dicetak dengan gambar Soeharto, namun saat periode pemerintahannya usai, mata uang pecahan Rp50.000 ini digantikan dengan gambar WR Soepratman.
Uang Kertas 2000 – 2016
Uang kertas pecahan 100 dan 500 yang bermotif unik harus dihentikan produksinya, karena adanya penurunan nilai uang (devaluasi). Pada tahun 2004, uang kertas pecahan Rp1.000, Rp5.000, Rp20.000, didesain ulang (redesain) dan ditambah uang kertas pecahan Rp10.000 dan Rp50.000.
Bank Indonesia mengeluarkan desain uang kertas dan uang koin rupiah yang memiliki ciri khas Indonesia, yaitu dengan menulis “Negara Kesatuan Republik Indonesia” pada uang kertas cetakan.
Transisi Uang Elektronik 2009
Pada masa kini, uang tidak hanya berupa fisik seperti kertas dan koin. Contoh uang digital masa kini, yakni kartu debit/kredit, e-wallet, dan pembayaran melalui aplikasi atau e-commerce.
Untuk itu, Bank Indonesia akan merencanakan peluncuran rupiah digital mulai 2023. Demikian sejarah uang di Indonesia dari masa penjajahan hingga masa kini.