Dia menyebutkan, dengan mekanisme itu cadangan yang mampu di recover hanya 30 sampai 40 persen. Sementara, primary ke secondary itu menambahkan cadangan sekitar 10 persen.
"Nah kemudian ada tersier recovery yaitu dengan chemical EOR sehingga bisa me-recover 50 persen. Jadi ini yang harus kita kejar keduanya agar itu kan minyaknya sudah ada karena itu bagian dari temuan cadangan temuan tidak bisa diangkat kalau tidak pakai teknologi," ujarnya.
Diakui Dwi, teknologi baru yang sebelumnya juga disinggung Menteri ESDM Bahlil Lahadalia itu memakan biaya mahal lantaran menggunakan zat kimia alias chemical dalam pengoperasiannya. Namun, pemerintah menyatakan bersedia untuk memperbaiki insentif agar bisa mencapai target yang telah ditetapkan.
Strategi jangka panjang yaitu mempercepat rencana pengembangan (plan of development/PoD) yang belum menjadi proyek.
SKK Migas mencatat total ada 153 PoD baru. Sehingga rencananya, SKK Migas bakal mempercepat PoD 301 penemuan yang belum dikembangkan (undeveloped discoveries), percepatan 12 lapangan chemical EOR, dan full scale EOR Minas.
"Nah ini yang kita dorong, kita kejar itu ada sekitar 74-an ini POD, jadi tapi ini sebagian besar sekarang sudah mulai banyak yang minta hitung-hitung kembali, minta insentif karena ini dulu waktu disusun sekarang sudah enggak bisa ekonomis lagi ini enggak apa-apa," kata Dwi.