Dia berharap PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang berencana memasang listrik pada Mei mendatang, dapat memajukannya pada April agar uji coba rolling stock bisa dilakukan berbarengan dengan kedatangannya.
Terkait dengan rencana perpanjangan Koridor I dari Dukuh Atas ke Tanah Abang, kata Satya, baru muncul dua bulan lalu dan saat ini masih dalam penyelesaian kajian. Kemungkinan studi tersebut baru selesai pada akhir Januari.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Yuke Yurike mengatakan, proyek LRT milik DKI Jakarta itu belum memiliki kajian matang. PT Jakpro sebaiknya mengkaji kembali besaran tarif agar investasi yang diberikan tidak merugi.
Di negara maju, kata Yuke, pembangunan LRT sudah ditinggalkan dan diganti dengan MRT. Sebab daya angkut penumpang MRT mencapai 1.200 orang sekali perjalanan. Sedangkan LRT hanya 600 orang sekali perjalanan. Bahkan, biaya pembangunan MRT hanya selisih kurang lebih 20 peren dari LRT.
”Kami secara penuh mendukung moda transportasi massal dibangun, tapi harus matang dan tidak keluar dari rencana induk,” katanya.
Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana meminta agar PT Jakpro bersama Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mematangkan trase LRT yang menjadi kewenangan DKI. Dengan begitu, integrasi moda transportasi tercipta dan tidak berhimpitan dengan moda transportasi lainnya.